INDRAMAYUHITS -- Simak tiga puisi bertema rindu karya Cak Nun, Sujiwo Tejo dan Sapardi Djoko Damono.
Baik Cak Nun, Sujiwo Tejo dan Sapardi Djoko Damono merupakan penyair yang karya-karyanya mashur di Indonesia
Emha Ainun Najib atau Cak Nun, yang juga merupakan pendakwah, sastrawan juga budayawan atau bisa disebut banyak lagi (meski Beliau sendiri tidak mau disebut apapun), memiliki keistimewaan lewat karya-karyanya.
Sementara itu, Sujiwo Tejo yang nyentrik ini bisa disebut manusia multi talenta, beliau dalang Wayang, pemusik, pencipta lagu, sastrawan, penyair bahkan juga aktor film, memiliki syair-syair yang indah yang keluar dari isi kepalanya.
Lalu siapa yang tak kenal Eyang Sapardi Djoko Damono, karya-karyanya yang sederhana selalu mengiringi para pecinta sastra
Meski beliau telah tida, namun karya-karyanya selalu hidup dan terkenang hingga jangka panjang, seperti puisinya yang berjudul 'Hujan Bulan Juni', itu sangat masyhur hingga kini.
Untuk itu, berikut Indramayu Hits sajikan karya puisi dari mereka yang bertema tentang Rindu
1. Akan kemanakah Angin
Karya Cak Nun
akan ke manakah angin melayang
tatkala turun senja yang muram
kepada siapa lagu kuangankan
kelam dalam kabut, rindu tertahan
datanglah engkau, berbaring di sisiku
turun dan berbisik dekat di batinku
belenggulah s'luruh tubuh dan sukmaku
kuingin menjerit dalam pelukanmu
sampai di manakah berarak awan
bagi siapa mata kupejamkan
pecah bulan dalam ombak lautan
dahan-dahan: di hati bergetaran
2. Cinta Tanpa Tanda
Karya Sujiwo Tejo
Telah ku tandakan semesta cintaku
kau tandaskan cinta tanpa tanda
Kuhasratkan isyarat sahaja
kau isyaratkan pintaku terlampau
terlampau berprasyarat cintaku
Kau isyaratkan cinta tanpa tanda
Berulang berbulan berwewinduan (kurindu)
Kupejam kutajamkan asah rasa (kubaca tanda)
Mata kubutakan terawangku hanya dengan rasa (kubaca tanda)
Kuping hidung lidah rabaanku pun telah kuenyahkan (kubaca tanda)
Tipu daya panca indrapun telah tuntas kusingkirkan (kubaca tanda)
Kutandai kurasai semesta yang tak kasat mata
Katamu kumasih jadi budak pancaindra yang membuatku terkecoh.
3. Pada suatu hari nanti
Karya Sapardi Joko Damono
Pada suatu hari nanti,
jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
pada suatu hari nanti,
impianku pun tak dikenal lagi,
namun di sela-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari.***