Kenapa Gunung Semeru Meletus Lagi, Padahal Setahun Lalu juga Erupsi, Ini Pendapat Ahli

- 6 Desember 2021, 11:24 WIB
Foto satelit kondisi Gunung Semeru pasca meletus.
Foto satelit kondisi Gunung Semeru pasca meletus. /Mirzam Abdurrachman/itb.ac.id

Dr. Mirzam berpendapat, penyebabnya adalah sedikitnya material yang berada di dalam dapur magma, sehingga tak dapat dirasakan getaran gepanya. Tapi tetap dapat direspons alat seismograf.

Untuk mengurai alasan kenapa Gunung Semeru meletus, dosen pada Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) itu menjelaskan kemungkinan tiga penyebab.

Baca Juga: Meletusnya Gunung Semeru dan Mitos Terbelahnya Jawa Versi Ramalan Jayabaya

Penyebab yang pertama, ujar dia, karena volume di dapur magma Gunung Semeru sudah penuh. Sedangkan penyebab yang kedua, karena terjadi longsoran di dapur magma akibat adanya pengkristalan magma. Untuk sebab yang ketiga di atas dapur magma.

Mirzam meyakini, Gunung Semeru Meletus karena fektor yang ketiga itu. Arumentasinya, saat hujan deras turun dan mengikis abu vulkanik yang menahan di puncaknya dari akumulasi letusan sebelumnya, akibatnya Gunung Semeru kehilangan beban.

“Sehingga meskipun isi dapur magmanya sedikit yang bisa dilihat dari aktivitas kegempaan yang sedikit (hanya bisa diditeksi oleh alat namun tidak dirasakan oleh orang yang tinggal di sekitarnya), Semeru tetap bisa erupsi,” lanjut dia.

Dikatakan, Gunung Semeru merupakan salah satu gunung api aktif tipe A. Data dan pengamatan menunjukkan, Gunung Semeru memiliki interval letusan jangka pendeknya 1-2 tahun. Sebagaimana letusan sebelum Meletus saat ini, pernah terjadi tahun 2020 di bulan Desember yang sama.

“Letusan kali ini, volume magmanya sebetulnya tidak banyak, tetapi abu vulkaniknya banyak sebab akumulasi dari letusan sebelumnya,” ungkap dia.

Untuk arah letusan Gunung Semeru yang mengarah ke tenggara, Dr. Mirzam berpendapat, karena mengacu pada peta Geologi Semeru, di mana bidang tempat lahirnya gunung ini tidak horizontal tetapi miring ke arah selatan.

“Kalau kita mengacu pada letusan 2020, arah abu vulkaniknya itu cenderung ke arah tenggara dan selatan karena anginnya berhembus ke arah tersebut begitu juga dengan aliran laharnya karena semua suangai yang berhulu ke puncak Semeru semua merngalir kea rah selatan dan tenggara,” papar dia. ***

Halaman:

Editor: Kalil Sadewo

Sumber: itb.ac.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x