Pidato Bersejarah 1 Juni 1945 Sukarno Singgung Arab Saudi, Momen Penegasan Kemerdekaan dan Lahirnya Pancasila

31 Mei 2022, 16:21 WIB
Ilsutrasi Pidato Sukarno. /Dok Sukarno

INDRAMAYUHITS – Tanggal 29 Mei hingga 1 Juni 1945 merupakan momentum yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia.

Sukarno bersama para pendiri bangsa lainnya bersidang atas nama BPUPKI, mengerahkan seluruh jiwa, raga juga pikirannya, dalam rangka menentukan apa yang menjadi dasar berdirinya Indonesia merdeka.

Sukarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945, dengan berapi-api berusaha mengingatkan dan meyakinkan para peserta sidang untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Baca Juga: MERINDING! Isi Pidato Kemarahan Sukarno karena Pembahasan Kemerdekaan Bertele-tele, Embrio Lahirnya Pancasila

Sukarno mengagitasi para peserta untuk tidak melakukan pembahasan yang melebar dan tak berujung.

Berikut penggalan pidato Sukarno yang menggema di sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (BPUPKI), lembaga bentukan jepang untuk meraih simpati rakyat Indonesia:

Tuan-tuan sekalian! Kita sekarang menghadapi satu saat yang maha penting.

Tidakkah kita mengetahui, sebagaimana telah diutarakan oleh berpuluh-puluh pembicara, bahwa sebenarnya internationalrecht, hukum internasional, menggampangkan pekerjaan kita? Untuk menyusun, mengadakan, mengakui satu negara yang merdeka, tidak diadakan syarat yang neko-neko, yang menjelimet, tidak!.

Baca Juga: Ke Kuba, Sukarno Ajari Fidel Castro Soal Revolusi dan Kemandirian Bangsa, Ternyata Dampaknya hingga Kini

Syaratnya sekedar bumi, rakyat, pemerintah yang teguh! Ini sudah cukup untuk internationalrecht.

Cukup, saudara-saudara. Asal ada buminya, ada rakyatnya, ada pemerintahnya, kemudian diakui oleh salahsatu negara yang lain, yang merdeka, inilah yang sudah bernama: merdeka.

Tidak peduli rakyat dapat baca atau tidak, tidak peduli rakyat hebat ekonominya atau tidak, tidak peduli rakyat bodoh atau pintar, asal menurut hukum internasional mempunyai syarat-syarat suatu negara merdeka, yaitu ada rakyatnya, ada buminya dan ada pemerintahnya, sudahlah ia merdeka.

Baca Juga: Fidel Castro Tertarik Konsep Revolusi ala Sukarno Hingga Kirim Che Guevara untuk Berguru

Janganlah kita gentar, zwaarwichtig, lantas mau menyelesaikan lebih dulu 1001 soal yang ‘[bukan-bukan! Sekali lagi saya bertanya: Mau merdeka apa tidak? Mau merdeka atau tidak?

Saudara-saudara! Apakah yang dinamakan merdeka? Di dalam tahun 33 saya telah menulis satu risalah, Risalah yang bernama Mencapai Indonesia Merdeka".

Maka di dalam risalah tahun 33 itu, telah saya katakan, bahwa kemerdekaan, politieke onafhankelijkheid, political independence, tak lain dan tak bukan, ialah satu jembatan emas.

Baca Juga: Hari Ini dalam Sejarah 23 Agustus: Dari Hongkong Direbut Inggris hingga Pidato Pertama Soekarno

Saya katakan di dalam kitab itu bahwa diseberangnya jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat.

Ibn Saud mengadakan satu negara di dalam satu malam,  in one night only!, kata Armstrong di dalam kitabnya.

Ibn Saud mendirikan Saudi Arabia merdeka di satu malam sesudah ia masuk kota Riad dengan 6 orang! Sesudah jembatan itu diletakkan oleh Ibn saud, maka diseberang jembatan, artinya kemudian dari pada itu, Ibn Saud barulah memperbaiki masyarakat Saudi Arabia.

Baca Juga: Peresmian Patung Kuda Soekarno Oleh Prabowo dan Megawati, Simak Sejarah di Balik Patung Tersebut

Orang tidak dapat membaca diwajibkan belajar membaca, orang yang tadinya bergelandangan sebagai nomade yaitu orang badui, diberi pelajaran oleh Ibn Saud jangan bergelandangan, dikasih tempat untuk bercocok-tanam.

Nomade dirubah oleh Ibn Saud menjadi kaum tani, semuanya di seberang jembatan.

Berkali-kali Sukarno menegaskan kepada para hadirin untuk tidak berkata tidak terhadap kesempatan yang membawa kemerdekaan pada bangsa Indonesia. ***

Editor: Kalil Sadewo

Sumber: Perpusnas Kemendikbud

Tags

Terkini

Terpopuler