Riset untuk alat tes Bio Saliva ini juga tidaklah sebentar untuk memvalidasinya membutuhkan waktu selama 7 bulan.
Uji validasi alat tes Bio Saliva juga melibatkan banyak pihak diantaranya, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND), dan Rumah Sakit Dokter Kariadi (RSDK).
Beberapa kelebihan lain dari alat tes Bio Saliva ini memiliki sensitivitas yang tinggi yaitu pada angka 88.87 persen pada CT 40, kemudian 93,57 persen pada CT lebih dari 35.
Bio Saliva juga bisa jadi alternatif, selain Swab Nasofaring-Orofaring PCR Kit.
Bahkan klaim dari Bio Farma mengungkapkan bahwa akurasi dari Bio Saliva itu lebih tinggi dari Swab Antigen.
Untuk metode sampling yang digunakan untuk Bio Saliva ini nyaman, praktis, dan juga akurat.
Tentunya inovasi anak bangsa seperti ini perlu untuk didukung dan terus disempurnakan agar bisa digunakan lebih luas lagi.
Sehingga proses tracing bisa dilakukan lebih cepat dan mudah agar bisa mengurangi angka persebaran Covid-19.***