Masih Ada di Indonesia, Begini Sejarah Singkat Penyakit Lepra, Ternyata Disebabkan Bakteri

- 27 Januari 2021, 14:21 WIB
Ilustrasi bakteri.
Ilustrasi bakteri. /Pixabay

PR INDRAMAYU – Penyakit lepra ditengarai bisa menular melalui kontak langsung dengan penderita secara berulang-ulang.

Gejala penyakit yang masuk melalui pernapasan tersebut memiliki gejala munculnya bercak putih pada kulit dan rasa kesemutan pada anggota tubuh atau bagian wajah.

Gejala lainnya adalah timbulnya bintil kemerahan pada kulit, adanya bagian tubuh yang tak berkeringat, dan mati rasa akibat syaraf yang rusak.

Baca Juga: Di Tengah Pandemi Covid-19, Kasus Lepra Masih Ada di Indonesia pada 2020

Dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari situs ANTARA, berikut sejarah singkat penyakit lepra atau kusta tersebut:

1. Tulisan tentang lepra diketahui ada di dalam dokumen papirus di Mesir tahun 1550 SM.

2. Ditemukan dalam tulisan berbahasa India tahun 600 SM dengan istilah “kushtha” (Sansekerta) yang berarti menggerogoti.

3. Bakteri penyebab lepra diidentifikasi oleh Dr. Gerhard Armauer Henrik Hansen (ilmuwan Norwegia) tahun 1873 M.

Baca Juga: Hoaks Atau Fakta: Beredar Kabar Kesan Ustaz Abdul Somad Saat Divaksin, Simak Faktanya!

Bakteri penyebab lepra tersebut bernama Mycobacterium leprae. Bakteri tersebut menyerang saraf tepi, kulit, dan jaringan lainnya.

Di tengah pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu, kasus lepra atau kusta diketahui masih ada di Indonesia.

Di antara 8 provinsi yang masih terdapat kasus lepra tersebut adalah Gorontalo, Sulbar, Sulsel, Sulut, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

Baca Juga: Jokowi Rilis Inpers tentang Perbatasan, Sekretaris Kabinet: Harus Kita Rawat Betul

Adapun terkait upaya untuk menanggulangi penyakit lepra adalah melalui promosi kesehatan terkait lepra, surveilans data, dan melakukan pengobatan.

Untuk mencegah penularan, diberlakukanlah kemoprofilaksis atau pemberian obat rifampisin pada mereka yang melakukan kontak dengan penderita.

Sejak tahun 2015 hingga 2019, angka temuan dan prevalensi lepra per 100 ribu penduduk Indonesia cenderung naik dan turun. Berikut datanya:

Baca Juga: Resmikan Tol Kayu Agung-Palembang, Jokowi : Waktu Tempuh Bakauheni-Lampung Cuma 3 Jam

1. 2015: angka penemuan kasus baru 6,73, prevalensinya 0,79

2. 2016: angka penemuan kasus baru 6,50 , prevalensinya 0,71

3. 2017: angka penemuan kasus baru 6,08, prevalensinya 0,70

4. 2018: angka penemuan kasus baru 6,42, prevalensinya 0,70

5. 2019: angka penemuan kasus baru 6,51, prevalensinya 0,74.***

Editor: Asytari Fauziah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah