Waspadai Flu Babi, Tiongkok Tingkatkan Produksi Ternaknya Hingga Buat Kandang di Apartemen Berting

- 20 Oktober 2020, 11:42 WIB
RATUSAN bayi babi di Pulau Bali mati karena virus ASF, atau flu babi.*
RATUSAN bayi babi di Pulau Bali mati karena virus ASF, atau flu babi.* /REUTERS/

PR INDRAMAYU - Di Tiongkok, Daging babi adalah salah satu menu pokok. Namun dalam dua tahun terakhir wabah flu babi Afrika sudah menghancurkan hampir separuh ternak babi di sana, sehingga harga daging di pasaran meningkat.

Sebuah perusahaan swasta bernama Guangxi Yangxiang sedang membangun kawasan apartemen tinggi di daerah pegunungan Yaji, yang akan bisa memproduksi sekitar 840 ribu babi setiap tahun ketika mulai berproduksi.

Dalam usaha meningkatkan produksi ternak babi serta menghadapi wabah seperti flu babi Afrika, Tiongkok mulai menernakkan babi di apartemen bertingkat.

Baca Juga: Kunjungan Dadakan Bupati Indramayu ke Taman Jatibarang Berujung Bahan Evaluasi karena hal Ini 

Dilansi PikiranRakyat-Indramayu.com dari wartaekonomi.co.id, dalam peternakan itu akan ada tempat untuk menangani babi yang mati. Pekerja akan tinggal di dalam kompleks.

Direktur Pelaksana Mecardo, Robert Herrmann Di Australia, sebuah perusahaan analisa pasar, mengatakan peternakan seperti ini belum pernah ada sebelumnya di tempat lain.

"Kami sudah melihat adanya kandang babi yang dibuat bertingkat mirip dengan blok apartemen," ujar Robert.

Baca Juga: Ribuan Konten Hoaks Terkait Covid-19 Terjaring Kominfo, Begini Rincian Lengkapnya

Semuanya ada di dalamnya sehingga keamanan biosekuritas akan lebih tinggi dibandingkan di tempat lain, dengan model seperti ini produksi babi akan bisa ditingkatkan dalam waktu cepat.

"Ini juga berarti ternak babi akan lebih aman dibandingkan di masa sebelum adanya wabah flu babi Afrika," ucapnya.

Matinya ternak babi di Tiongkok sehingga menurunkan produksi babi dunia menjadi berkurang 50 persen.

Baca Juga: Hubungan Bilateral Semakin Mesra, Pemerintah UEA Resmikan Nama Jalan Presiden Joko Widodo

Hal tersebut, membuat permintaan akan produk daging alternatif seperti sapi dan domba juga meningkat.

Robert mengatakan, hal itu sudah merupakan berita bagus bagi harga komoditi asal Australia karena Tiongkok harus memenuhi kebutuhan permintaan akan daging di dalam negeri.

"Ekspor daging merah kami ke Tiongkok sebelum flu babi Afrika sudah tinggi, dan pertumbuhan itu naik berlipat ketika kemudian terjadi wabah flu Afrika," katanya.

Baca Juga: Alasan Renald Ramadhan Ditangkap Karena Narkoba, Polisi: Dia Pakai Sabu Buat Menguruskan Badan

Menurut Robert, sudah ada tanda-tanda Tiongkok mulai bergerak ke arah peternakan yang lebih canggih.

Karenanya, akan ada peningkatan produksi di sana yang pada gilirannya akan membuat harga akan turun.

"Saya kira perkiraannya adalah diperlukan waktu dua tahun untuk mengembalikan keadaan seperti sebelum adanya wabah. Saya kira kita bisa memperkirakan produksi penuh akan terjadi tidak lama setelah itu."

Baca Juga: Cek Fakta: Tersiar kabar Wakil Presiden ke-9 RI Hamzah Haz Meninggal Dunia, Berikut Faktanya

Bukan hanya itu, Dia juga mengatakan, bahwa tidak tersedianya protein daging merah di Tiongkok saat ini.

Adanya wabah telah memberikan kesempatan bagi peternak sapi dan domba Australia untuk menguasai pasar.

"Dan diperkirakan pasar itu akan menurun di saat angka produksi babi meningkat," tutup Robert Herrmann.***

Editor: Evi Sapitri

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah