"Ini juga berarti ternak babi akan lebih aman dibandingkan di masa sebelum adanya wabah flu babi Afrika," ucapnya.
Matinya ternak babi di Tiongkok sehingga menurunkan produksi babi dunia menjadi berkurang 50 persen.
Baca Juga: Hubungan Bilateral Semakin Mesra, Pemerintah UEA Resmikan Nama Jalan Presiden Joko Widodo
Hal tersebut, membuat permintaan akan produk daging alternatif seperti sapi dan domba juga meningkat.
Robert mengatakan, hal itu sudah merupakan berita bagus bagi harga komoditi asal Australia karena Tiongkok harus memenuhi kebutuhan permintaan akan daging di dalam negeri.
"Ekspor daging merah kami ke Tiongkok sebelum flu babi Afrika sudah tinggi, dan pertumbuhan itu naik berlipat ketika kemudian terjadi wabah flu Afrika," katanya.
Baca Juga: Alasan Renald Ramadhan Ditangkap Karena Narkoba, Polisi: Dia Pakai Sabu Buat Menguruskan Badan
Menurut Robert, sudah ada tanda-tanda Tiongkok mulai bergerak ke arah peternakan yang lebih canggih.
Karenanya, akan ada peningkatan produksi di sana yang pada gilirannya akan membuat harga akan turun.
"Saya kira perkiraannya adalah diperlukan waktu dua tahun untuk mengembalikan keadaan seperti sebelum adanya wabah. Saya kira kita bisa memperkirakan produksi penuh akan terjadi tidak lama setelah itu."