Dilansir Al Jazeera, perkembangan itu terjadi beberapa jam setelah tentara mengangkat senjata dan melancarkan pemberontakan di pangkalan utama di Kati, sebuah kota dekat Bamako.
Para prajurit diharapkan untuk menyampaikan pernyataan nanti, sementara negara-negara di Afrika Barat, bersama dengan bekas kekuatan kolonial Perancis, Uni Eropa dan Uni Afrika, mengecam tindakan para tentara tersebut dan memperingatkan terhadap perubahan kekuasaan yang tidak konstitusional.
Peristiwa itu terjadi di tengah krisis politik selama berminggu-minggu yang telah membuat pengunjuk rasa oposisi turun ke jalan untuk menuntut kepergian Keita, menuduhnya membiarkan ekonomi negara runtuh dan salah menangani situasi keamanan yang memburuk.
Baca Juga: Heboh dan Tak Lazim, Bocah Perempuan yang Meninggal Hidup Lagi Saat Dimandikan Keluarga dan Tetangga
Konflik Mali selama bertahun-tahun telah meluas ke negara-negara tetangga Niger dan Burkina Faso, mengguncang kawasan Sahel dan menciptakan krisis kemanusiaan besar-besaran.
Kelompok-kelompok bersenjata yang didorong ideologis tertenty telah memicu ketegangan etnis untuk memperebutkan kekuasaan.
Sebelumnya pada Selasa, pengunjuk rasa oposisi berkumpul di sebuah alun-alun di Bamako untuk menunjukkan dukungan kepada tentara, sementara kedutaan asing menyarankan warganya untuk tetap di dalam rumah.***