Rupanya Fidel tak puas dengan informasi yang didapat Che Guevara dari hasil kunjungannya ke Jakarta, sehingga masih minta diajari konsep-konsep revolusi.
“Tuan Sukarno, negara ini memiliki semangat tersendiri dalam mewujudkan perubahan. Kami berdiri di sini sendirian dikelilingi negara-negara perkebunan tinggalan Spanyol dan Portugal,” ungkap Fidel Castro.
Negaranya juga berdekatan dengan rajanya Kapitalis dunia, Amerika Serikat. Tiap waktu pihaknya berjaga agar jangan sampai rudal Amerika menimpa negaranya, sehingga terpaksa bersekutu dengan Uni Soviet agar negaranya aman.
“Memang Mao (pemimpin China kala itu) meminta kami agar bersama-sama membangun persekutuan politik, tapi karena Uni Soviet menolak bila Mao ikut campur, maka kami terpaksa melepaskan Mao, walau itu menyakitinya,” papar Fidel Castro.
Setelah mendengarkan paparan Fidel Castro, Sukarno pun mulai menyampaikan kita-kita bagaimana agar Kuba berhasil dalam revolusi.
“Begini, yang mulia Castro, sebuah negara pertama-tama harus mandiri. Itu persyaratan terbesar sebuah revolusi. Ia tidak boleh bergantung kepada siapa-siapa, kekuatan dirinya sendiri yang menjadi ukuran,” ungkap Sukarno.
Sebuah negara harus memiliki kemandiriannya. Karena kemandirian itulah, ia akan mendapatkan tiga hal. “Kehormatan, kemanusiaannya dan kepandaiannya,” kata dia.
Untuk mencapai ini, kata Sukarno, maka harus tegar menghadapi badai godaan. Ia sendiri akan melawan bila negaranya dikelilingi koloni-koloni yang kemudian akan berkembang sebagai sebuah ancaman.