Ketahui 3 Tantangan Berikut Ini yang Harus Dihadapi dalam Menyikapi Penyebaran Hoaks

- 2 November 2020, 09:41 WIB
Ilustrasi hoaks
Ilustrasi hoaks /Pixabay/Viarami/

Banyaknya konten hoaks berbanding terbalik dengan sedikitnya jumlah pengecek fakta. Alternatifnya adalah hanya memilih konten yang tengah viral di media sosial, aplikasi pesan, atau yang diyakini merugikan publik.

“Tantangan lain yang disoroti oleh para jurnalis adalah tidak memiliki banyak waktu untuk mengecek fakta sembari berusaha menjadi yang pertama menghadirkan berita sela (breaking news),” ujar Nuurrianti Jalli dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari The Conversation.

Baca Juga: Penolakan UU Ciptaker, Dosen Universitas Paramadina Ungkap Strategi ‘Kambing Hitam’ Pemerintah

Minimnya sumber untuk membuktikan salahnya hoaks tersebut juga merisaukan para jurnalis dan para pengecek fakta, utamanya saat konten tersebut bersinggungan dengan sejarah atau motif politik setempat.

2. Beragam Bahasa

Asia Tenggara memiliki sekira 1.000 bahasa dan dialek. Hal ini memunculkan kekhawatiran tentang cara mengecek fakta dari bahasa yang kurang populer tersebut.

“Pengecek fakta juga mencatat bahwa ketidakmampuan publik untuk memahami konten dalam konteks budaya yang berbeda-beda juga menyebabkan penyebaran misinformasi,” ujar Nuurrianti Jalli.

Baca Juga: Tulus Tampil Prambanan Jazz Festival dari Rumah, sang Manajer Ungkap Kondisi Tubuhnya

Pengecekan fakta terhadap konten berbahasa berbeda berpotensi salah dimengerti kala diterjemahkan.

Menurut Meeko Angela Camba dari VERA Files (lembaga pengecekan fakta di Filipina), terdapat masalah dalam membuktikan klaim yang sebagian benar namun keliru saat konteksnya tidak lengkap.

Halaman:

Editor: Evi Sapitri

Sumber: The Conversation


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah