KULTUM Tarawih Ramadhan, Ini Tingkatan Puasa Menurut Imam Al Ghazali

- 8 Mei 2021, 18:35 WIB
Berikut kultum Ramadhan pagi ini bertema keistimewaan dan tingkatan puasa menurut Imam Al Ghazali, apa saja?
Berikut kultum Ramadhan pagi ini bertema keistimewaan dan tingkatan puasa menurut Imam Al Ghazali, apa saja? /Sumber: Freepik/

Syaithan telah meninggalkan benih-benih hawa nafsu syahwat dalam jiwa manusia, sehingga apabila tidak segera dihentikan akan berdampak buruk pada jiwa manusia sehingga ia melakukan perbuatan maksiat.

Berpuasa adalah cara untuk meminimalisirnya dan mencegahnya. Oleh karena itu Imam Ghazali membedakan tingkatan-tingkatan puasa menjadi tiga:

Pertama, puasa orang awam, yakni berpuasa dengan cara sebatas menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa, seperti makan dan minum, akan tetapi tidak menjaga anggota tubuhnya dari hal-hal yang bersifat makruh untuk dilakukan. Secara lahiriah ini cukup disebut berpuasa.

Baca Juga: Meski Sedih Ditinggal Raditya Oloan, Sang Adik Ungkap Joanna Alexandra Bersyukur Karena Hal Ini

Kedua, puasa khusus, berpuasa dengan cara mencegah dari hal-hal yang membatalkan puasa, juga menjaga anggota tubuh dari melakukan hal-hal yang makruh dan dosa, seperti menjaga lisan dari berbuat ghibah, menjaga pandangan mata, dan seluruh anggota tubuh yang lainnya.

Ketiga, tingkatan puasa paling tinggi, yakni berpuasanya anggota tubuh dari hal-hal yang membatalkan puasa, hal-hal yang makruh, perkara-perkara syubhat, dan yang tidak kalah penting, menjaga hati dari berpikiran yang macam-macam, rasa waswas, hasud, dan penyakit hati lainnya.

Puasa dipenuhi hanya dengan berdzikir kepada Allah. Puasa ini adalah puasa khususul khusus (hanya beberapa orang yang dapat melakukannya yang sudah mencapai derajat tinggi dalam tashawwuf).

Baca Juga: Pasha Ungu Ceritakan Awal Mula Perselisihan dengan Iis Dahlia : Itu Silang Pendapat Aja

Menurut Imam al-Ghazali, jika puasa dilihat secara amliyah, puasa Daud (yakni sehari berpuasa, sehari tidak) lebih tinggi tingkatannya daripada puasa lainnya, karena ia tidak dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu.

Pelaku puasa Daud menunaikan puasa dalam kesehariannya, sehingga ia terbiasa dan dapat menjaga dirinya dengan mudah dari perbuatan-perbuatan maksiat dan mendapatkan derajat yang dijanjikan oleh Allah, yaitu taqwa. Wallahu A'lam.*** (Sofar Syaoqi H/Mantra Sukabumi)

Halaman:

Editor: Asytari Fauziah

Sumber: Mantra Sukabumi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah