Wajib Tahu! Berikut Bahaya Terlalu Banyak 'Rebahan', Salah Satunya Peningkatan Hipertensi

- 22 Desember 2020, 07:07 WIB
Ilustrasi rebahan.
Ilustrasi rebahan. /Pixabay/

PR INDRAMAYU - Ketika tubuh terlalu lama tidak beraktivitas fisik atau jarang melakukan aktivitas di luar rumah bisa jadi berdampak pada kesehatan.

Perilaku kurang gerak, atau sedentary, sudah ada jauh sebelum pandemi virus corona melanda dunia, jumlahnya diperkirakan semakin meningkat karena situasi karantina wilayah di berbagai negara, termasuk Indonesia.

"Kalau dilakukan dalam waktu yang lama, waktu yang panjang, bisa menjadi gaya hidup," kata dokter spesialis kedokteran olahraga, Sophia Hage, dalam acara bincang-bincang virtual bersama Xiaomi, Senin.

Baca Juga: Miris! Ribuan Paket Bansos Covid-19 Ditemukan Terbengkalai, Begini Kondisi Terkini Expirednya

Perilaku kurang gerak atau sedentary merupakan segala kegiatan di luar waktu tidur, yang hanya memerlukan sedikit energi, misalnya duduk dan menonton televisi.

Aktivitas yang tergolong sedentary bahkan menghabiskan energi lebih sedikit dibandingkan aktivitas ringan, seperti berdiri dan jalan kaki.

Perilaku kurang gerak ini akan menjadi kebiasaan, atau gaya hidup, setelah dilakukan selama enam jam atau lebih dalam durasi yang lama.

Baca Juga: Ada Pelanggaran Protokol Kesehatan, Kasus Kerumunan 1812 Naik ke Tahap Penyidikan

Pun sedentary lifestyle, juga bisa terjadi pada siapa saja, termasuk orang-orang yang rutin berolahraga setiap hari, jika kegiatannya banyak dihabiskan duduk di depan komputer, misalnya.

Sophia mengutip data dari survei IFLS dan jurnal ilmiah The Lancet Global Health, populasi di Indonesia yang tergolong kurang aktivitas fisik pada 2007 berjumlah 19,9 persen, naik menjadi 30 persen pada 2016.

Dia juga mengutip Riset Kesehatan Dasar, bahwa pada 2018 terdapat 33,5 persen populasi yang kurang aktivitas fisik pada 2018.

Baca Juga: Adipati Dolken Melangsungkan Pernikahan Meski Tak Dihadiri Orang Tua

Sementara populasi global, terdapat 27,5 persen yang kekurangan aktivitas fisik pada 2018. Dari populasi tersebut, perempuan lebih banyak kurang gerak (28,6 persen) dibandingkan laki-laki (23,4 persen).

Kekurangan aktivitas fisik tentu akan berdampak pada kesehatan individu, jangka pendek, misalnya mengalami nyeri punggung bagian bawah dan radang otot.

Dalam jangka panjang, kurang gerak bisa menyebabkan ostheoporosis dan ostheoarthritis.

Sophia mencontohkan ketika terlalu sering duduk atau berbaring fungsi otot-otot besar (paha dan punggung), yang semestinya digunakan untuk menyangga tubuh, tergantikan oleh kursi.

Baca Juga: Dituding Terlibat Korupsi Bansos Mensos, Gibran Membantah Hingga Tantang KPK untuk Membuktikan

Akibatnya, ada penurunan penyerapan gula dan lemak di sel tubuh. Ketika dua zat tersebut tidak digunakan tubuh untuk bergerak, maka kadar gula darah dan kolesterol akan tinggi dan bisa menimbulkan masalah kesehatan lainnya jika gaya hidup ini diteruskan.

Gaya hidup kurang gerak ini juga bisa meningkatkan risiko obesitas, hipertensi dan penyakit kardiovaskular.

Perilaku kurang gerak ini tidak hanya berakibat pada kesehatan fisik, namun, juga bisa menyerang kesehatan mental.

Baca Juga: Kalahkan Blackpink, Lesti Kejora Tuai Pro Kontra Setelah Masuk dalam Daftar Wanita Cantik Dunia

Halaman:

Editor: Evi Sapitri

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x