Para Ilmuan Mengingatkan Dampak Global Erupsi Gunung Berapi

12 Desember 2021, 18:20 WIB
Gunung Krakatau. /Galamedia.pikiran-rakyat.com

INDRAMAYUHITS – Dalam sejarah erupsi gunung berapi di Indonesia ada dua kejadian di masa lampau yang menarik perhatian ilmuan mancanegara. Yakni erupsi Gunung Tambora dan Gunung Krakatau.

Erupsi Tambora yang terjadi 68 tahun sebelum Krakatau, dinilai menjadi erupsi terbesar dalam kurun 500 terakhir saat itu.

Dampaknya juga sangat besar bagi global, mulai dari pengaruh perubahan iklim hingga kerusakan lahan pangan dan kelaparan di berbagai penjuru dunia.

Baca Juga: Erupsi Gunung Berapi Indonesia Selalu Menarik Perhatian Ilmuan Luar Negeri, Ini Sebabnya

Serupa dengan yang terjadi di Gunung Tambora, erupsi Gunung Krakatau juga memiliki dampak global yang besar.

Sejarawan Universitas Padjadjaran (Unpad), Fadly Rahman MA mengungkapkan, yang membedakan dari keduanya, letusan Krakatau memiliki pengumpulan informasi lebih lengkap dan tersebar lebih cepat sebelum sebaran debu vulkaniknya.

Dilansir Indramayu Hits dari unpad.ac.id, penulis buku Krakatau: Ketika Dunia Meledak 27 Agustus 1883, Simon Winchester mengungkapkan, kecepatan sebaran informasi karena sudah ada produk teknologi komunikasi yang lebih maju.

Baca Juga: Kenapa Gunung Semeru Meletus Lagi, Padahal Setahun Lalu juga Erupsi, Ini Pendapat Ahli

Saat itu sudah ada jaringan internasional kabel Telegraf yang terhubung dari dasar laut. Saat itu, 36 jam setelah erupsi beritanya bisa diketahui dari London melalui berita yang terhubung Telegraf.

Diungkapkan, pasca-erupsi Gunung Krakatau menjadi lahan studi yang unik bagi botanis, tujuannya mengkaji bagaimana restorasi sistem hujan hujan tropis di pulau itu setelah hancur total akibat erupsi.

Berdasarkan data hasil penelitian menyebutkan, beberapa ahli botani ternama seperti Treub (1886), Verbeek (1886); Backer (1888); Valeton (1905), Ernst (1907), Ter Braake (1945), hingga Mohr (1945) tercatat melakukan penelitian vegetasi pasca-erupsi Gunung Krakatau.

Baca Juga: Gejala Aktivitas Vulkanik Gunung Semeru Terdeteksi sejak 2012, Ini Rentetannya

Sejarawan Unpad pun melakukan rekonstruksi menggunakan catatan penelitian mereka. Sehingga diketahui bagaimana Krakatau menjadi contoh kasus menarik untuk dikaji mengenai sistem restorasi vegetasi pasca-erupsi, sebagaimana yang dilakukan para ilmuwan kolonial.

Dalam dunia panelitian, perkembangan revegetasi pasca-erupsi Krakatau terus menarik perhatian para ilmuwan. Bahkan tak hanya bagi penelitian untuk kebutuhan publikasi dan diskusi, lebih dari itu menjadi referensi untuk kehidupan sosial ekonomi terkait dampak pasca-erupsi.

Fadly Rahman dalam hasil penelitiannya yang dipublikasikan di Jurnal Sejarah bulan Agustus 2019 menuliskan, berbagai penelitian vegetasi Krakatau pasca-erupsi di kalangan ahli botani memiliki tujuan memetakan masalah untuk mencari solusi bagaimana proses revegetasi berlangsung di kawasan gunung api.

Baca Juga: Bagi Suami-Istri, Saat Hubungan Badan Mencapai Orgasme Jangan Lupa Baca Doa Ini

Publikasi penelitian para botanis terhadap Krakatau sebagai “laboratorium dunia botani” turut mengembangkan gairah penelitian botani di Hindia Belanda.

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa bencana erupsi gunung-gunung api dalam jangka panjang dapat memengaruhi kesuburan tanah. Peran alam dalam proses revegetasi Krakatau merupakan fase awal sebelum berlangsungnya proses kolonisasi wilayah sekitar bencana erupsi oleh manusia,” ujar Fadly.

Itu berarti, kata dia, revegetasi Krakatau dari hasil penelitian para ahli membuka peluang bagi manusia dalam memanfaatkan wilayah di sekitar gunung api untuk dikoloni menjadi sumber penghidupan.

Tetapi, minimnya data detail mengenai kondisi sebelum erupsi menjadi pelajaran penting bagi botanis untuk mengkaji bagaimana transisi gunung api pasca-erupsi yang dalam perkembangannya menunjukkan laju revegetasi mengagumkan. ***

Baca Juga: Prediksi Skor dan Susunan Line Up Timnas Indonsia Vs Laos

Editor: Kalil Sadewo

Sumber: Unpad.ac.id

Tags

Terkini

Terpopuler