Sunan Gunung Jati Dapat Pesan Khusus Ini dari Syekh Athaillah Assakandari, Sunyoto: Maknanya Sangat Dalam

21 Maret 2022, 14:15 WIB
Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon yang didirikan di era Sunan Gunung Jati. Tak sekadar kemampuan memimpin pemerintahan Kerajaan Cirebon, Sunan Gunung Jati juga dikenal memiliki ilmu agama yang dalam dan memasukkan unsur tarekat di dalamnya. /Masjid Agung Sang Cipta Rasa

INDRAMAYUHITS – Tak sekadar kemampuan memimpin pemerintahan Kerajaan Cirebon, Sunan Gunung Jati juga dikenal memiliki ilmu agama yang dalam dan memasukkan unsur tarekat di dalamnya.

Bahkan, beliau memimpin Cirebon dan menjalankan misi dakwahnya dengan sukses berkat keluasan ilmu agama dan pengamalan akhlak-akhlak tasawuf.

Sejumlah peneliti menemukan banyak bukti tentang jalur tarekat Sunan Gunung Jati yang dikenal juga dengan nama Syekh Syarif Hidayatullah.

Baca Juga: 5 Keahlian Sunan Gunung Jati yang Jadi Faktor Utama Kesuksesan Berdakwah, Nomor 1 Tak Banyak Diketahui

Salahsatunya adalah peneliti mancanegara yang focus pada sejarah-sejarah Indonesia, khususnya era awal Islam hingga saat ini, Martin Van Bruinessen.

Menurut Martin Van Bruinessen dalam Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat mengungkapkan bahwa dalam babad-babad tentang Syarif Hidayatullah diceritakan, sebelum ke tanah Jawa dan menetap di Cirebon, Syarif Hidayatullah telah mendalami akidah, syari’ah, bahkan tasawuf dengan tarekatnya.

Data Bruinessen menyebut, Syarif Hidayatullah merupakan penganut Tarekat Kubrawiyah, yaitu tarekat yang dihubungkan dengan nama Najamuddin al-Kubra, yang dalam Babad Cirebon selalu disebut-sebut.

Baca Juga: Sejarah Sunan Gunung Jati: Putri Kaisar Tiongkok Minta Dinikahi Usai Jajal Kesaktian Syekh Syarif Hidayatullah

Yang menarik dari penelitian Bruinessen, ternyata Syarif Hidayatullah pernah berguru kepada Ibnu Atha’illah al-Iskandari al-Syadzili atau Athaillah Assakandari selama dua puluh tahun di Madinah.

Syarif Hidayatullah juga sempat belajar sejumlah tarekat lain antara lain Tarekat Syattariyah, Istika’i, Qadiriyah, dan Naqsyabandiyah. Adapun beberapa ajaran gurunya melalui pesan yang dapat diidentifikasi.

Pesan Syekh Najmuddin Kubra kepada Syarif Hidayatullah:

“Mapam kita iki ing ngahurip. sira aja angebat-tebat ing laku den teka patine. Yen ngucap kang satuhu, lan aja nyerang hukuming Widhi, iku samono kang nyata den kukuh laku iku”.

Baca Juga: Cirebon Pernah Menguasai Sepertiga Jawa, Bukti Kehebatan Sunan Gunung Jati, Terus Menyusut Setelah Meninggal

Artinya: Dalam hidup ini, janganlah kamu bertindak berlebihan, demikian hingga akhir hidup. Kalau bicara, bicaralah yang jujur dan jangan melawan hukum dari Yang Maha Esa, itulah hal yang nyata dan lakukanlah hal itu dengan teguh.

Sedangkan pesan Ibnu Atha’illah al-Iskandari al-Syadzili kepada Syarif Hidayatullah yang kembali disampaikan kepada murid-muridnya adalah sebagai berikut:

Baca Juga: Antrean Haji di Malaysia Ternyata Jauh Lebih Panjang, kalau Indonesia 40 Tahun Segini di Negeri Jiran

“Perkara lampah kang katiti, sira aja ngebat-tebat. Den basaja sira iku, aja langguk ing wicara, sira aja ilok anglaluwih ing padaning manusa. Iku lampah kang sampurna jati. Pan sira aja susah tatapa ing gunung  utawa guane iku dadi takabur. Sira laku tapaha maring ingkang remening jalma. Lan duwea muhung. Wong kang luput den ampura. Mung semana lampah ingkang sejati”.

Artinya: Mengenai langkah yang harus dijalani, janganlah kamu berlebihan, hiduplah dengan bersahaja, jangan sombong dalam bicara dan jangan berlebihan terhadap sesama manusia. Itulah langkah sempurna yang sejati. Bertapa di gunung atau di gua itu akan menjadikanmu takabur, lakukanlah tapa di tengah ramainya manusia. Milikilah sikap luhur dan maafkan orang yang salah, hanya itulah langkah yang sejati). 

Menyikapi hal itu, sejarawan yang menulis Atlas Walisongo, Agus Sunyoto menganalisa tentang pendidikan dan pengembangan keilmuan Syarif Hidayatullah di antaranya dari pesan-pesan seperti di atas.

Baca Juga: Pantang Menyerah, Menag Yaqut Sambangi Menteri Haji Arab Saudi Lobi Soal Kuota Jamaah, Bagaimana Hasilnya?

Menurutnya, banyak pesan tarekat yang maknanya dalam dan mengandung kiasan-kiasan yang didapatkan Sunan Gunung Jati.

Juga ada banyak kisah sejarah Sunan Gunung Jati yang tampak seperti cerita absurd dan membutuhkan penafsiran yang cukup agar bisa memahaminya.

“Diwarnai cerita-cerita absurd yang perlu penafsiran untuk mengetahui kebernaran historisnya,” kata almarhum Sunyoto dalam bukunya. ***

Editor: Kalil Sadewo

Tags

Terkini

Terpopuler