Penderita Demensia di Singapura Lakukan Hal Ini untuk Mengaktifkan Otak Mereka

4 Maret 2021, 14:00 WIB
Penderita demensia di Singapura lakukan hal-hal ini untuk mengaktifkan otak kembali.* /pixabay/ kor_el_ya

PR INDRAMAYU - Para orangtua penderita demensia di Singapura memiliki cara untuk menciptakan memori baru dengan bersenang-senang bersama anggota lainnya di Memories Cafe,  Singapura.

Kegiatan ini dicetus oleh Asosiasi Penyakit Alzheimer Singapura (ADA) pada tahun 2014.

Ini adalah acara mingguan yang melibatkan para penderita demensia yang didamping pengasuhnya dan anggota keluarga dalam aktivitas kognitif, seperti menyanyi, bermain drum, serta menari dan bergerak.

Baca Juga: Saingi Clubehouse, Twitter Resmi Luncurkan Fitur Canggih Space untuk Pengguna Android

Kegiatan rutin ini berlangsung selama satu jam dengan diselingi makan siang dan bersosialisasi dengan anggota yang lain.

Bukan hanya penderita demensia,  kegiatan yang diadakan di cafe ini dapat diakses oleh masyarakat umum. Hal ini untuk meningkatkan visibilitas penderita demensia, dan menghilangkan beberapa stigma seputar penyakit tersebut.

Baca Juga: Maria Ozawa Ceritakan Pengalamnnya Ketika Menjadi Pemeran Film Dewasa Jepang hingga Dapat Bayaran Besar

Pendukung setia program ini termasuk Over The Counter di Perpustakaan Nasional, jaringan restoran Soup, dan Food for Thought di National Museum of Singapore. 

Apa itu Demensia?

Demensia adalah penyakit yang menyebabkan sel-sel otak mati lebih cepat, yang menyebabkan kegagalan memori, gangguan fungsi intelektual, dan perubahan kepribadian.

Baca Juga: Jadwal Acara Trans TV Hari Ini 4 Maret 2021 : Jhon Wick Tayang Malam Ini 

Menurut Alzheimer's Disease International, setiap tiga detik, seseorang di dunia mengalami demensia. 

Hingga saat ini belum ditemukan obat untuk penderita demensia, tetapi ada obat untuk alzheimer yang dapat meredakan gejala untuk sementara, serta untuk memperlambat perkembangan penyakit.  

Di Singapura, diperkirakan lebih dari 45.000 orang terkena salah satu bentuk demensia atau lainnya, atau 6,2 persen dari populasi lansia. Pada tahun 2050, ini diprediksi naik menjadi 187.000 orang yang terkena penyakit ini.

Baca Juga: Lapang Dada, Ririe Fairus Minta Sudahi Hujat NS dan Ayus, Ternyata Begini Alasannya!

Cerita tentang Demensia

Dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari laman website ourbetterworld.org, salah satu anggota keluarga dari penderita penyakit demensia, bernama Belinda yang membawa ibunya untuk bergabung bersama komunitas ini di Memories Cafe, dan merasa senang jika ibunya bisa membuat kenangan baru untuk mereka berdua.

Pada awal masuk di cafe tersebut, Belinda hanya mendengar alunan musik yang diikuti dengan suara tawa-tawa dan nyanyian para pengunjungnya, dimana biasanya yang diputar adalah lagu-lagu lawas dari tahun 1960-an. 

Orang-orang ini adalah sekelompok besar pria dan wanita yang lebih tua, ditemani oleh wajah-wajah yang lebih muda yang mungkin adalah anak-anak, saudara kandung, atau pengasuh mereka.

Baca Juga: Jadwal Acara Trans TV Hari Ini 4 Maret 2021 : Jhon Wick Tayang Malam Ini

Mereka bernyanyi, menari, bergerak dengan kegembiraan tanpa batas, terkadang mereka duduk dengan puas dan menonton aksi teman-temannya, mengobrol dengan orang lain.

Ini adalah sesi dimana para pengunjung Memories Cafe yang sedang aktif beraksi, dan suasananya yang meriah. 

Pada Belinda Seet, menceritakan bahwa ibunya yang bernama Katherine, didiagnosis pada tahun 2011 mengidap penyakit Alzheimer, sejenis demensia. 

Baca Juga: Setahun Pandemi Covid-19 di Indonesia, Simak Angka Persentase Kematiannya yang Lebih Tinggi Dibanding Dunia

“Setelah saya tenang, saya memutuskan pergi ke sana (Memories Cafe), dan saya ingin membuat hidup saya dengan ibu saya sebahagia mungkin. Saya ingin membuat kenangan sebanyak mungkin dengannya,” ujarnya.

Para dokter akan menganjurkan untuk menjaga otak para pasien demensia agar tetap aktif dengan melakukan kegiatan yang dapat mengaktifkan otak.

Penderita demensia tidak hanya butuh pada kebutuhan fisik seperti makan dan minum obat. Tetapi mereka juga butuh untuk bersosial dan melatih emosional mereka kembali.

Baca Juga: Kode Redeem Free Fire 4 Maret 2021, Klaim Hadiah Menarik Sekarang Juga!

Pada saat yang sama, para penderita demensia ketika melihat orang lain menyukainya, mereka tidak kehilangan harapan untuk terus hidup. 

Masyarakat cenderung memperlakukan para  orang tua yang penderita demensia dengan perlakuan yang sangat hati-hati, takut mereka akan melukai diri mereka sendiri, tetapi terkadang hal itu malah membatas ruang gerak mereka.

Belinda sendiri merasa bahwa kegiatan yang berlangsung di Memories Cafe, telah mengubah perspektifnya. “Kau tahu, bagaimanapun juga tidak terlalu buruk, ada hal-hal yang dinanti-nantikan. Bahkan jika Anda menderita demensia, itu tidak apa-apa,” kata Belinda.***

 

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: ourbetterworld.org alz.org.sg

Tags

Terkini

Terpopuler