INDRAMAYUHITS -- Berikut ini adalah Puisi Tema Februari, yuk nikmati setiap keindahan diksinya
Puisi Tema Februari ini, merupakan karya dari seorang penyair ternama seperti Goenawan Mohammad dan Alex R Nainggolan
Bukan kedua dari kalender, yaitu Februari kerap menjadi pilihan diksi atau judul dari sebuah puisi
Untuk itu, mari simak ini puisi indah bertema Februari di bawah ini.
Baca Juga: Berikut 3 Puisi Imlek yang Indah dan Penuh Makna, Cocok Untuk Dibagikan di Sosial Media
1. Februari
Karya: Goenawan Mohamad
"Lewat, lewat," seseorang berkata sopan
kepada Waktu. Tapi dingin
menyetopnya, kota
Gedung-gedung masih mencoba
menyebutkan nama mereka
kepada gelap. Tapi sejak Jalan 108
tak ada lagi percakapan
Bulan sepucat margarin dan
tak bersuara.
Langit tak meleleh.
Rambu dan lampu
membentuk
deret huruf Mesir,
dan pada kilometer ke-enam
ada sinar terakhir,
mungkin terlontar
ke tengah selat:
cahaya yang sepelan
penari menirukan angsa.
Baca Juga: Kumpulan Puisi Tentang Cinta Karya Chairil Anwar
"Lewat, lewat," seseorang berkata lagi
kepada Waktu.
Tapi laut menyedotnya dan
menit membiru.
Kekal pun singgah sebentar
dan kota
mendengarkan Ajal,
dari jauh,
seperti terompet pemburu...
2. Hujan Februari
Karya: Alex R. Nainggolan
Baca Juga: Lima Karya Puisi Terkenal Jalaludin Rumi 'Sang Pujangga Cinta Illahi'
hujan februari
mengusik nyali
langit hitam
angin bergulung
aku menggambar mimpi
mungkin masih ada tempat singgah
teduh dari hujan yang penuh raung
Baca Juga: Sujiwo Tejo Selipkan Pesan Mendalam di Puisi 'Mari Kita Tak Hafal Pancasila'
hujan februari
menyemai takut
tak bisa kuriangkan hati
untuk sembunyi dari kalut
nyatanya air begitu semaput
membuat kulit kaki keriput
dingin yang tak bisa jadi selimut
sampai tubuh mengkerut
semoga bukan sengkarut!
3. Ilusi Februari
Karya: Diah Hadaning
Baca Juga: Puisi 'Hujan di Bulan Juni' Karya Sapardi Djoko Damono Sang Legenda Sastra Indonesia
Ilusi Februari
Ilusi yang hanyut kala air menggenang kota
lalu mengendap bersama duka-duka
tentang mimpi hadirnya matahari
di situ pun sempat jatuh dan diam
butir-butir nostalgia itu
yang biru, yang kelabu, sampai pun merah jambu
keluh perempuan-perempuan yang menyeberang itu pun
yang berdesah dan baur dalam galau kota
tak juga bisa menghapusnya
ilusi Februari
dan manakala air surut membuatnya mengeriput
katakan apa mesti frustasi
atau menertawakan diri sendiri.***