INDRAMAYUHITS -Film-film klasik perlu direstorasi agar tetap bisa terwariskan dari generasi ke generasi.
Pengamat film sekaligus Wakil Ketua I Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Hikmat Darmawan berpendapat bahwa restorasi film-film klasik Indonesia dengan akses penayangan dapat membuka wawasan baru untuk penonton film muda.
"Kalau tidak ada forum penayangan (film-film klasik dan restorasi), rasanya menjadi susah untuk melihat film-film masterpiece dari generasi ke generasi, jadi film itu bisa terwariskan," kata Hikmat dikutip dari ANTARA, Minggu.
Baca Juga: Pemudik Via Tol Cisumdawu Hati-hati Masih ada Perbaikan Longsor
Sineas dan film progammer Ifan Ismail mengatakan, restorasi film tidak sesederhana kelihatannya. Terdapat sejumlah tantangan yang menanti.
"Pertama adalah dari segi teknologi, apalagi kalau restorasi seluloid, yang secara fisik (harus) diperbaiki. Kalau restorasi digital relatif lebih mudah karena yang disunting atau dibersihkan adalah gambar digitalnya," kata Ifan.
Selanjutnya, adalah masalah hak milik dari film tersebut.
"Masalah rights film ada di mana, siapa pemilik film ini. Kadang kalau film lama, kita menemukan bahwa produser sampai rumah produksinya sudah tidak ada, dan lainnya. Itu yang harus diselesaikan terlebih dahulu, dan itu prosesnya juga tidak mudah," paparnya.
Baca Juga: Pebulu Tangkis Putri Tak Sesubur Putra, Susy Susanti Sebut Regenerasi Kurang Berjalan Maksimal
Sementara itu, Madani International Film Festival akan menayangkan "Titian Serambut Dibelah Tujuh" (1982) yang telah direstorasi sebagai bagian dari acara "Ngabuburit Madani", pada Rabu (27/4) di CGV Grand Indonesia Jakarta, pukul 14.00 WIB.