Baca Juga: Mengamalkan Ratib dan Hizb Perlu Ijazahkah? Ini Penjelasan Habib Luthfi
Tidak beberapa lama, rupanya percakapan mereka telah usai. Syaikhona Kholil mendatangi santri-santrinya itu untuk meminta bantuan lagi.
"Siapakah di antara kalian yang mau membantu orang tua ini untuk kembali pulang?," tanya Syaikhona Kholil.
”Biar saya saja, Yai,” sahut santri yang menggendong orang tua tadi. Lalu santri muda itu dengan penuh rasa takzim menggendongnya keluar pondok pesantren dengan hati-hati sesuai perintah Syaikhona kholil.
Baca Juga: Dimulai dari Coba-coba Kini Busana Muslim Merek Aceh Florimia Tembus Pasar Internasional
Setelah santri dan tamu tua itu keluar dari kawasan pesantren, Syaikhona Kholil berkata kepada santri-santrinya yang lain.
“Santri-santriku, saksikanlah bahwa ilmuku telah dibawa santri itu,” katanya. Dan ternyata yang digendong oleh santri tersebut adalah Nabiyullah Khidir As yang bersilaturahmi kepada Syaikhona Kholil.
Dan santri yang menggendongnya adalah Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari muda, yang kemudian mewarisi keilmuan Syaikhona Kholil Bangkalan.
Baca Juga: Perkuat Kabar Pengunduran Diri Habib Luthfi dari PBNU, Sekjen JATMAN Ungkap Soal Loyalitas ke NU
KH Abdul Hamid Pasuruan