"Itu murni keputusan saya walaupun diperkenalkannya melalui tokoh-tokoh bangsa," sambung pria yang kini menjadi Menparekraf itu.
Saat itu penolakan Prabowo cukup kuat, bukan karena faktor yang ada pada diri Anies Baswedan, tapi lebih karena hanya menginginkan Sandi yang jadi calon gubernurnya.
Baca Juga: Pasangan Artis Drama Korea yang Punya Chemistry Kuat, Siapa yang Paling Fenomenal?
"Tapi saat-saat terakhir waktu itu Pak Prabowo mengatakan tidak setuju, karena dia maunya saya menjadi calon gubernur," tandas dia.
Lalu, apa yang membuat Prabowo luluh? Sandiaga Unu menceritakan, semuanya bermula dari keputusan final Demokrat yang mengusung anak Presiden keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Gerindra, dirinya, Prabowo, dan orang-orang di lingkaran koalisi awalnya mengira hanya akan ada dua calon dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta, yakni head to head pihaknya dengan Basuki Tjahya Purnama (Ahok) yang diusung PDI Perjuangan.
Baca Juga: 10 Alasan Kenapa Aespa Melejit Hanya Setahun Debut, Ada Bayang-bayang Blackpink?
"Akhirnya mendapatkan tiga calon, itu belum ada di skenario saya, konstelasi berubah total," kata Sandiaga Uno seraya mengatakan, strategi SBY mendaftarkan AHY sangat mengagetkan.
Akhirnya, saat itu perhatian terpusat pada AHY, maka Sandi pun memutar otak mencari formula pasangan yang harus diusung agar bisa memenangkan kompetisi.
Munculah nama Anies Baswedan yang ia anggap punya kans untuk bisa memenangi Pilakada DKI Jakarta.