Kenapa Gunung Semeru Meletus Lagi, Padahal Setahun Lalu juga Erupsi, Ini Pendapat Ahli

6 Desember 2021, 11:24 WIB
Foto satelit kondisi Gunung Semeru pasca meletus. /Mirzam Abdurrachman/itb.ac.id

INDRAMAYUHITS – Banyak spekulasi muncul pasca meletusnya Gunung Semeru, 4 Desember 2021. Mulai dari argumentasi kira-kira ala orang awam, kepercayaan terhadap mitos, hingga yang menghubungkannya dengan ramalan Jaya Baya.

Kali ini Indramayu Hits ingin menyajikan Analisa ilmiah tentang erupsi Gunung Semeru dari kacamata ilmiah yang pakar di bidangnya. Dilihat dari perspektif ilmiah hasil penelitian dan Analisa akademis yang mumpuni.

Dilansir Indramayu Hits dari portal resmi Institut Teknologi Banndung (ITB), 5 Desember 2021, ahli vulkanologi ITB, Dr. Eng. Mirzam Abdurrachman, S.T., M.T mengungkapan analisanya kenapa Gunung Semeru Meletus kemarin.

Baca Juga: Hai Riders, Harley Davidson Luncurkan Motor Sportster S Murah di Indonesia Loh, Cek Harga dan Komponennya

Dalam kajiannya, Gunung Semeru mengalami erupsi karena hilangnya beban yang menutup Semeru akibat terkikisnya material abu vulkanik yang berada di tudung gunung.

Dengan kata lain, material aliran lahar yang terjadi di Gunung Semeru merupakan akumulasi dari letusan sebelumnya yang menutupi kawah gunung tersebut.

Bedasarkan catatan yang dikutip dari Magma Indonesia, erupsi Gunung Semeru yang terjadi Sabtu sore, 4 Desember 2021 sekitar pukul 14:50 itu secara visual letusannya tidak dapat diamati. Namun, tetap bisa terekam oleh seismograf.

Baca Juga: Gelandang Persib, Mohammed Rashid Cetak Gol Spektakuler ke Gawang Arab Saudi, Tuai Banyak Pujian

Alat tersebut merekam, terjadi erupsi dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 5.160 detik. Pertanyaannya, kenapa gempa efek letusan cenderung tidak dapat dirasakan?

Dr. Mirzam berpendapat, penyebabnya adalah sedikitnya material yang berada di dalam dapur magma, sehingga tak dapat dirasakan getaran gepanya. Tapi tetap dapat direspons alat seismograf.

Untuk mengurai alasan kenapa Gunung Semeru meletus, dosen pada Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) itu menjelaskan kemungkinan tiga penyebab.

Baca Juga: Meletusnya Gunung Semeru dan Mitos Terbelahnya Jawa Versi Ramalan Jayabaya

Penyebab yang pertama, ujar dia, karena volume di dapur magma Gunung Semeru sudah penuh. Sedangkan penyebab yang kedua, karena terjadi longsoran di dapur magma akibat adanya pengkristalan magma. Untuk sebab yang ketiga di atas dapur magma.

Mirzam meyakini, Gunung Semeru Meletus karena fektor yang ketiga itu. Arumentasinya, saat hujan deras turun dan mengikis abu vulkanik yang menahan di puncaknya dari akumulasi letusan sebelumnya, akibatnya Gunung Semeru kehilangan beban.

“Sehingga meskipun isi dapur magmanya sedikit yang bisa dilihat dari aktivitas kegempaan yang sedikit (hanya bisa diditeksi oleh alat namun tidak dirasakan oleh orang yang tinggal di sekitarnya), Semeru tetap bisa erupsi,” lanjut dia.

Dikatakan, Gunung Semeru merupakan salah satu gunung api aktif tipe A. Data dan pengamatan menunjukkan, Gunung Semeru memiliki interval letusan jangka pendeknya 1-2 tahun. Sebagaimana letusan sebelum Meletus saat ini, pernah terjadi tahun 2020 di bulan Desember yang sama.

“Letusan kali ini, volume magmanya sebetulnya tidak banyak, tetapi abu vulkaniknya banyak sebab akumulasi dari letusan sebelumnya,” ungkap dia.

Untuk arah letusan Gunung Semeru yang mengarah ke tenggara, Dr. Mirzam berpendapat, karena mengacu pada peta Geologi Semeru, di mana bidang tempat lahirnya gunung ini tidak horizontal tetapi miring ke arah selatan.

“Kalau kita mengacu pada letusan 2020, arah abu vulkaniknya itu cenderung ke arah tenggara dan selatan karena anginnya berhembus ke arah tersebut begitu juga dengan aliran laharnya karena semua suangai yang berhulu ke puncak Semeru semua merngalir kea rah selatan dan tenggara,” papar dia. ***

Editor: Kalil Sadewo

Sumber: itb.ac.id

Tags

Terkini

Terpopuler