PR INDRAMAYU - Menteri Badan Udaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir terkenal sebagai sosok yang tegas dan kerap melakukan pelbagai inovasi.
Namun, ternyata Erick Thohir memiliki cerita pengalaman yang menarik, dan jarang diketahui.
Tidak disangka, Menteri BUMN yang tengah menjabat ini pernah berjualan biji karet bersama teman-temannya di usia 10 tahun.
Baca Juga: 5 Tips Memelihara Ikan Arwana agar Cepat Besar untuk Pemula, Salah Satunya Perhatikan Aerator
Dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari kanal YouTube Deddy Corbuzier pada 1 juni 2021, Erick thohir menceritakan kisahnya ala dia menjual biji karet.
Adapun hal tersebut bermula kala ia sedang bermain bersama 3 temannya sore hari, di rumah tetangganya.
Erick Thohir bersama 3 temannya sering bermain permainan tradisional, seperti biji karet, ikan cupang, dan takadal.
Baca Juga: Buka Suara Terkait Kontroversi Sinetron Suara Hati Istri, Ernest Prakasa: Sangat Amat Keterlaluan!
Namun kala dia bersama temannya, tiba-tiba mereka didatangi pedagang biji karet yang menjajakan dagangannya.
Dengan mempertimbangkan rasa kasihan dan keuntungan jika membeli banyak, Erick Thohir beserta teman-temannya memutuskan untuk membongkar celengan.
Hal tersebut dilakukan guna membeli semua biji karet tersebut.
Baca Juga: Jelang Laga Timnas Indonesia Vs Thailand, Shin Tae-Yong : Terlihat Masalah Khusus di Bek Tengah
Awalnya, biji karet tersebut hanya untuk mereka mainkan sepuasnya, berhari-hari.
"Udah 4-5 hari tangannya sakit, kan diadu terus, udah bosen ya kan, akhirnya dulu kan sabtu kita masih sekolah, kita jual aja sisanya, kita jual di depan sekolah" ujar Menteri BUMN tersebut.
Meski tidak habis, dagangan Erick Thohir beserta teman-temannya tetap laku terjual.
Baca Juga: Ernest Prakasa Beri Kritik Pedas pada Indosiar Soal Sinetron Suara Hati Istri, Kenapa?
Adapun keuntungan dari berjualan biji karet tersebut, berhasil mereka tabung kembali di celengan masing-masing dan sisanya dibelikan siomay waktu itu.
DSelain itu, Erick Thohir juga menyampaikan perasaan rindunya terhadap permainan zaman dulu yang menitik beratkan kepada interaksi satu sama lain.
"Tapi menurut saya itu membuat kita kehilangan ya, dalam arti interaksi antara kita dan sekitarnya tuh berubah yah," ujar Erick menutup kisah masa kecilnya.***