Ramalan Joyoboyo, Ada Kode Nama Ganjar Pranowo yang Akan Jadi Presiden Indonesia?

29 Mei 2021, 09:04 WIB
Dalam 'kitab Noto Nogoro' yang meruakan ramalan Joyoboyo, jelas memuat kode nama Ganjar Pranowo masuk dalam takdir giliran menjadi presiden. /Twitter.com/ @Gus_Raharjo

PR INDRAMAYU - Belum lama ini nama Ganjar Pranowo ramai diperbincangkan karena tak diundang dalam pertemuan PDIP di Jateng.

Kini nama Ganjar Pranowo kembali ramai dikaitkan dengan ramalan Jayabaya.

Disebutkan jika nama Ganjar Pranowo ada dalam daftar orangyang akan jadi Presiden di Indonesia.

Baca Juga: Pendopo Indramayu Mendadak Didatangi Dua Jendral, Ada Apa?

Hal ini berdasarkan 'kitab Noto Nogoro' yang memuat kode nama Ganjar Pranowo.

Salah satu alasan yang masuk akal adalah survei lembaga yang terpercaya.

Hal ini seperti diberitakan Cirebon Raya dalam artikel berjudul Nama Ganjar Pranowo Ternyata Masuk Dalam Ramalan Jayabaya Noto Nogoro.

"Munculnya nama Ganjar Pranowo dalam pantauan radar lembaga survei, merupakan proses alamiah dari hukum sebab-akibat. Dengan demikian bukan kemauan Ganjar Pranowo yang menjadi permulaan cerita," kata pengamat sosial politik, KH Amsori, Selasa 25 Mei 2021.

Baca Juga: Lowongan Kerja Bank Muamalat CSDP, Simak Syarat Lengkap hingga Penempatan di 5 Kota

Ini penting disampaikan untuk mengurangi beban-beban beraura subyektif. Pantauan lembaga survei merupakan bentuk peran aktif untuk mengetahui aspirasi masyarakat secara obyektif.

Tren popularitas, juga elektabilitas Ganjar Pranowo berada dalam dinamika yang baik. Ini bisa dibaca sebagai pertanda aspirasi masyarakat senantiasa bergerak dalam track pencarian menuju keadaan yang makin ideal.

Kalau harus menyebut tipikal personal, seperti apa pemimpin Indonesia yang mendekati ideal? Bila tak mungkin ada yang ideal-sempurna, maka gunakan kata 'mendekati' di depannya.

Baca Juga: 10 Jurusan atau Program Studi Terpopuler di Dunia, Calon Mahasiswa Wajib Tahu!

Sebelum mencari yang ideal, lebih dulu harus mengetahui secara umum, apa maunya masyarakat selaku user.

"Secara garis besar masyarakat Indonesia terbagi ke dalam tiga golongan besar. Yaitu golongan nasionalis, agama, selebihnya dan lain-lain menempati golongan terakhir," tutur Amsori.

Dari pemetaan faktual itu lahir aturan main memilih pemimpin, sebagaimana terurai rinci dalam konstitusi. Selain syarat umum dan kriteria umum, dibutuhkan tambahan syarat khusus pada derajat harus, berfungsi penyeimbang di antara keduanya: adalah seorang yang moderat, selain syarat kapabel dan akseptabel.

Baca Juga: Ingatkan Erick Thohir Tentang Badan Usaha Milik Nenek Lu, Said Didu: Saya Mohon Selamatkan BUMN, Milik Rakyat

Seorang moderat adalah seorang yang toleran, lapang dada, pengayom dan lain-lain. Soal latar belakang keahlian terserah, mau ekonom, profesional, teknokrat, agamawan dan seterusnya. Kompleksitas tantangan Indonesiabke depan membutuhkan itu semua.

"Pertanyaannya kemudian, apakah seorang Ganjar Pranowo memenuhi syarat-syarat itu?," tutur Amsori.

Rekam jejaknya selaku kader partai nasionalis sejak usia belia, pengalamannya sebagai eksekutif/gubernur dengan segala kelebihan, Ganjar Pranowo bisa dibilang memenuhi syarat-syarat itu.

Baca Juga: 10 Ucapan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2021, Peringati Sejarah dan Tumbuhkan Nasionalisme

Kalau boleh berandai-andai, tipikal Ganjar Pranowo akan menjadi kekuatan besar bila digabungkan dengan sosok moderat berlatarbelakang tokoh agama.

Tetapi menggabungkan itu dari jalur parpol rasanya sulit. Sama sulitnya membuat persilangan matrik pada satu persepsi, di tengah saling menarik kepentingan masing-masing parpol.

"Kita tau, tiga teratas parpol besar adalah PDIP, Gerindra dan Golkar, berada dalam kategori ideologi nasionalis," tutur Amsori.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Malam Ini: Usai Diancam Aldebaran, Elsa Kembali Lakukan Hal Konyol

Artinya suara nasionalis akan terpecah pada kemungkinan, ketika mereka mengajukan jagoannya masing-masing.

Maka faktor PDIP dan Jokowi tidak hanya diharapkan, malah diharuskan melengkapi apa-apa yang tidak dalam kewenangan Ganjar Pranowo.

Sangat disayangkan bila faktor-faktor tadi tidak bersedia bertemu di titik "garis tuah" bernama Noto Nogoro. Dalam bahasa Indonesia artinya menata negara.

Baca Juga: Ramalan Shio Sabtu 29 Mei 2021: Ketegangan dan Kesalahpahaman Mewarnai Hubungan Shio Kuda

Presiden Indonesia berikutnya jatuh pada 'Go', Ganjar. Periode ini masih berada pada 'No', dimana Yudhoyono dan Jokowi (diambil nama kecilnya, Moeljono) disatuperiodekan atau di-satu masa-kan.

Sungguhpun serat-serat 'bertuah' seperti 'Noto Nogoro' hanya berupa ramalan belaka, namun pada kadar tertentu ia masih dipercaya menjadi media konfirmasi atas suatu peristiwa yang berkaitan.

"Bukan rumus pasti, tapi masih kuat menjadi faktor sugesti. Wallohu 'alam," tutur Amsori.*** (Cirebon Raya/Agung Nugroho)

Editor: Asytari Fauziah

Sumber: Cirebon Raya

Tags

Terkini

Terpopuler