Indramayu Dalam Balutan Sejarah: Cerita Tentang Pemberontakan Petani Zaman Jepang

- 31 Oktober 2020, 12:06 WIB
“Menelusuri Jejak Islam, Protes Sosial Ulama Dan Petani Melawan Imperialisme Di Indramayu, Jawa Barat, pada Jumat, 30 Oktober 2020.
“Menelusuri Jejak Islam, Protes Sosial Ulama Dan Petani Melawan Imperialisme Di Indramayu, Jawa Barat, pada Jumat, 30 Oktober 2020. //Dok. Student Rihlah Indonesia//Dok. Student Rihlah Indonesia/

 

PR INDRAMAYU – Indramayu adalah salah satu kabupaten di wilayah utara provinsi Jawa Barat (Jabar).

Karena sebagian wilayahnya terletak di pesisir, Indramayu memiliki garis pantai yang cukup panjang.

Kawasan Cimanuk dahulu merupakan pelabuhan terkenal di masanya. Indramayu pernah menjadi wilayah kekuasaan kerajaan Sunda, Kesultanan Cirebon, Demak, dan sebagainya.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Pengecilan Otak pada Anak Terjadi Akibat Radiasi Handphone, Simak Faktanya

Terkait jejak Islam di kabupaten yang akan menyelenggarakan Pilkada 2020 ini, terdapat nama Syekh Abdul Manan yang menjadi pencetus dakwah Islam di sana.

Namun, sosok tersebut tidak banyak dikenal tak seperti Sunan Gunung Djati dari Cirebon atau ulama lain.

Untuk menelusuri bagaimana Indramayu di masa lalu tersebut, Student Rihlah Indonesia mengadakan webinar ke-36.

Baca Juga: Viral! Aksi Kocak Mahasiswa Salah Kirim Pesan di Group, Ucapkan ‘Good Morning Ayang’

Dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari akun Instagram @studentrihlahindonesia, webinar tersebut diberi judul “Menelusuri Jejak Islam, Protes Sosial Ulama Dan Petani Melawan Imperialisme Di Indramayu, Jawa Barat”.

Kegiatan yang didukung oleh komunitas Sanggar Aksara Indramayu itu dihadiri 2 pembicara yakni Ki Tarka Sutarahardja dan Dr. Wahyu Iryana, M.Hum. Yang bertindak sebagai pemantik adalah Imam Tantoni, lulusan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang merupakan pegiat Student Rihlah Indonesia.

Ki Tarka adalah penulis yang menerjemahkan cerita tentang salah satu sumber sejarah Indramayu dalam sebuah buku.

Baca Juga: Ceritakan Perjuangan Berkarir, Raffi Ahmad Akui Dirinya Kehilangan Waktu untuk Pendidikan

Buku tersebut berjudul “Babad Dermayu dan Serat Wali Sana”. Ia juga merupakan pengurus Museum Bandar Cimanuk yang berlokasi di Jalan Veteran Nomor 1 Lemahabang, Indramayu.

Wahyu Iryana adalah dosen Sejarah Peradaban Islam, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pria asli Indramayu tersebut merupakan penulis buku roman sejarah “Momi Kyoosyutu: Petani Indramayu”, dan Historiografi Umum.

Doktor Ilmu Sejarah Unpad tersebut menulis tentang pemberontakan petani Indramayu di Jurnal Patanjala yang terbit pada 2017 lalu. Tulisan tersebut diberi judul “Protes Sosial Petani Indramayu pada Masa Jepang 1942-1945”.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Kupon Senilai Rp2 Juta Memperingati Ulang Tahun ke-21 Alfamart, Berikut Faktanya

Wahyu Iryana dalam Jurnal Patanjala menyatakan bahwa kedatangan Jepang pada 1 Maret 1942 disambut gembira karena dianggap pahlawan oleh warga Indramayu. Pasalnya, Jepang dianggap telah berhasil mengusir penjajah Belanda.

“Rakyat bergembira di mana-mana tentara Jepang disambut seperti pahlawan, walaupun dengan bahasa isyarat saja, karena satu sama lain tidak memahami bahasanya,” tutur Wahyu Iryana.

Lambat laun perilaku Jepang tidak ada bedanya dibanding Belanda. Negeri matahari terbit itu memberlakukan kerja paksa (romusha), wajib militer, memaksa anak gadis jadi (maaf) budak seks, dan kewajiban menyerahkan padi. Hal tersebut menyengsarakan rakyat Indramayu.

Baca Juga: Petualangan Sherina Flashback Lewat Tayangan Animasi, Berikut Deretan Artis yang Ikut Terlibat

Kaitannya dengan peran ulama dan jejak Islam, perlawanan petani dalam menghadapi penjajah Jepang dipimpin oleh mereka. Beberapa di antara mereka dikenal dengan Kiai Sulaiman, Kiai Srengseng, Kiai Arsyad, Kiai Emas, Haji Madrias, dan lain sebagainya.

Para ulama tersebut memimpin pemberontakan di beberapa daerah. Di antara wilayah itu adalah:

1. Kecamatan Karangampel yaitu Desa Kaplongan

2. Kecamatan Lohbener, meliputi: Desa Cidempet, Desa Arahan Kidul, Desa Arahan Lor, Desa Pranggong, Desa Sukasari

3. Kecamatan Sindang, meliputi: Desa Panyindangan Kulon, Desa Lamaran Tarung, Desa Panyingkiran Kulon, Desa Panyingkiran Kidul, Desa Cangkring, Desa Cantigi Wetan, Desa Cantigi Kulon

Baca Juga: Tega! Ketua Yayasan di Lhokseumawe Diduga Lakukan Pelecehan Seksual, Iming-iming Beasiswa

4. Kecamatan Losarang, meliputi:Desa Cemara, Desa Sekirar Cikedung

5. Kecamatan Sliyeg, meliputi: Desa Tugu, Desa Gadingan, Desa Sliyeg, Jalaksana

6. Kecamatan Kertasmaya, meliputi: Desa Babadan Tenajar, Desa Bolon, Desa Jambe, Desa Kliwed

7. Kecamatan Anjatan, meliputi: Desa Anjatan, Desa Bugis, Desa Salam Darma.

Webinar ini diadakan pada Jumat, 30 Oktober 2020 melalui Zoom Meeting dan akun YouTube Student Rihlah Indonesia. Kegiatan ini didukung komunitas Sanggar Aksara Indramayu.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 

WEBINAR #36 KULIAH LITERASI STUDENT RIHLAH INDONESIA ???? *MENELUSURI JEJAK ISLAM, PROTES SOSIAL ULAMA DAN PETANI MELAWAN IMPERIALISME DI INDRAMAYU, JAWA BARAT* Indramayu merupakan salah satu kota pantai di Jawa Barat yang keadaannya bila dibandingkan dengan masa lalu sudah mengalami kemunduran. Indramayu (Cimanuk) sebagai kota pelabuhan berkembang pesat pada masa awal masuknya Islam. Ketika itu Cimanuk merupakan daerah kekuasaan kerajaan Sunda. Menurut Babad Dermayu pada tahun 1527, nama Cimanuk diganti dengan Dermayu dan akhirnya berubah menjadi Indramayu. Ketika kerajaan Sunda runtuh, Indramayu berada di bawah kekuasaan Kesultanan Cirebon. Beberapa situs dari masa awal masuknya Islam di Indramayu terdapat di desa Pabean Ilir, Paoman, Bojongsari, dan Dermayu (Saptono, 1996/1997). Manuskrip Islam Syekh Abdul Manan menjadi satu ikon yang menyita perhatian dari ratusan benda bersejarah yang ada di Museum Bandar Cimanuk Indramayu. tentu Syekh Abdul Manan bukanlah sosok sembarangan. Dia adalah ulama besar asal Indramayu, yang hidup pada era 1800-an. Meski sayang, sosok dan kiprah sang ulama semasa hidupnya, hingga kini belum banyak dikenal. Hal itu terjadi akibat minimnya informasi yang bisa diakses masyarakat mengenai ulama tersebut. Perkenalan masyarakat dengan sang ulama, hingga saat ini baru sebatas namanya saja. Indramayu pun menorehkan kontribusi yang besar bagi perjuangan Kemerdekaan, yakni protes sosial ulama dan petani dalam melawan imperialisme masa penjajahan Jepang 1942-1945. Lalu Jejak Islam, Protes Sosial Ulama dan Petani apa saja yang bisa kita telusuri saat ini ? Temukan jawabannya dalam Webinar #36 Kuliah Rihlah Literasi Fasilitas - Ilmu - E - Sertifikat - Jejaring pegiat literasi sejarah Penyelenggara: Student Rihlah Indonesia Supported by : Sanggar Aksara Indramayu #indramayu #sejarahindramayu #historyindramayu #bandarcimanuk #kotamanggaindramayu #indramayuhitz #indramayu_culture #indramayubanget #indramayuheritage #indramayurepost #indramayuphoto #aboutindramayu #kajianindramayu #infoindramayu #jejakislamdiindramayu #indramayukece #indramayuhebat #wisataindramayu #literasiindramayu #studentrihlah #budayaindramayu #kotamanggapunya #dermayu

Sebuah kiriman dibagikan oleh Student Rihlah Indonesia (@studentrihlahindonesia) pada

 ***

Editor: Evi Sapitri

Sumber: Instagram


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x