Mengenal Ustaz Sanadi, Ulama Asal Perbatasan Indramayu–Subang yang Peduli Generasi Muda

7 November 2020, 14:23 WIB
Ilustrasi generasi milenial. /Pixabay

PR INDRAMAYU – Di perbatasan Indramayu-Subang, terdapat seorang ustaz yang peduli akan nasib generasi muda Indramayu.

Pria tersebut dikenal dengan Ustaz Sanadi. Ia adalah satu di antara para kiai yang mengajar ngaji di lingkungan yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan modern.

Sanadi lahir di Indramayu pada 1980. Ia tekun mengkaji kitab ulama besar Islam. Di antara kitab tersebut adalah Al-Minahus Saniyyah karya Syekh Abdul Wahab Sya'rani, Fathur Rabbani karya Syekh Abdul Qadir Jailani, dan Al-Hikam Karya Syekh Ibnu Atha’illah Assakandari.

Baca Juga: Wijin Unggah Sesuatu do Story Instagram Bareng Gisel, Tampak Pula Gempi dan Raffi Ahmad, Soal Apa?

Kitab-kitab tersebut ia ajarkan kepada generasi muda di lingkungan tempat tinggalnya. Pria lulusan Pesantren Buntet Cirebon tersebut tinggal di Desa Bogor, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu

“Saya sangat prihatin melihat kondisi kehidupan masyarakat terutama generasi muda yang mulai terpengaruh kehidupan modern apalagi sekarang dengan berkembang pesatnya medsos.

“Maka pada tahun 2017 saya mulai merintis pengajian kitab kuning di kampung saya, semata-mata untuk meningkatkan kesadaran beragama dan sekaligus meneruskan estafet perjuangan para leluhur kami di kalangan ulama NU, karena sekarang terjadi krisis kesadaran berilmu terutama akhlak serta melestarikan sanad keilmuan,” ujar Sanadi.

Baca Juga: Gading Belum Berikan Respons Soal Viralnya Video Syur Mirip Gisel Sampai Harus Tutup Kolom Komentar

Ia mengajarkan kitab kuning setiap Selasa, Rabu, dan Sabtu dari jam 8 sampai 10 malam. Lokasi ngajarnya adalah di Masjid Jami at-Taqwa yang terletak di Desa Bogor tersebut.

Pada hari Selasa, kitab yang dikajinya adalah Fathur Rabbani. Kitab yang diajarkan pada Rabu adalah Al-Minahus Saniyyah. Sedangkan pada Sabtu malam Minggu, kitab Al-Hikam karya Syekh Ibnu Atha’illah Assakandari adalah yang diajarkan Sanadi.

“Tujuan diadakannya kajian kitab kuning ini adalah agar masyarakat lebih giat dalam mempelajari agama dan tahu sumber-sumber rujukan keislaman yang benar sesuai ajaran ulama Nahdlatul Ulama, juga untuk meminimalisir kegiatan-kegiatan negatif di kalangan remaja maupun dewasa,” ujar Sanadi dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari laman NU Online Jabar.

Baca Juga: Baru Terdengar ke Kepolisian Video Syur Mirip Gisel, Yusri Yunus: Nanti Kami Cek Dulu, Ya

Setelah mengkaji kitab tersebut, para peserta dari pemuda maupun masyarakat umum diperbolehkan untuk mengajukan pertanyaan di sesi tanya jawab. Kegiatan pengajian rutin tersebut pun berjalan dinamis.

“Di awal pengajian kitab kuning, para pemuda terlihat kurang respons,  namun saya tetap untuk berusaha istiqamah. Walaupun satu dua peserta kajian yang datang, saya tetap ngaji saja.

“Akhirnya dengan berbagai pendekatan dan pemberian pemahaman kepada para pemuda serta masyarakat, maka dengan berjalannya waktu sedikit demi sedikit masyarakat terbuka dan ikut dalam pengajian tersebut,” ujar Sanadi.

Baca Juga: Link Video Syur Mirip Gisel Banyak Dicari Netizen, Hashtag #KasianGempi Menggema di Twitter

Kepala MTs Ma'arif Al Fatah Ujunggebang, Sukra, tersebut mengungkapkan bahwa kini cukup banyak yang mengikuti pengajiannya. Antusiasme masyarakat di lingkungan sekitarnya pun begitu luar biasa.

“Sengaja saya mengambil kitab-kitab besar untuk dijadikan bahan kajian meskipun kami berada di kampung kecil dan jauh dari kehidupan pesantren.

“Hal ini semata-mata karena berdasarkan kebutuhan warga dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang memang harus dikuatkan aqidah dan motivasinya dalam menjalani kehidupan ini, agar mereka tidak jauh dari tuntunan agama dan tidak terfokus hanya mencari kehidupan dunia semata,” ujar Sanadi.***

Editor: Evi Sapitri

Sumber: NU Jabar

Tags

Terkini

Terpopuler