Saweran atau Curak, Tradisi yang Masih Dilestarikan oleh Masyarakat Plered Cirebon

- 7 Juni 2021, 08:30 WIB
Mengintip tradisi saweran atau curak, salah satu tradisi yang masih dilestarikan masyarakat Plered, Cirebon.
Mengintip tradisi saweran atau curak, salah satu tradisi yang masih dilestarikan masyarakat Plered, Cirebon. /Cirebon Raya

PR INDRAMAYU – Indonesia memang dikenal dengan tradisi dan juga budayanya.

Kaya akan budaya dan tradisi menjadikan Indonesia menjadi salah satu negar yang unik.

Salah satu tradisi yang ada di Indonesia adalah tradisi saweran.

Baca Juga: Perankan Zahra hingga Tuai Kontroversi, Lea Ciarachel Forneaux Ternyata Siswi Berprestasi di Sekolahnya

Curak atau saweran merupakan tradisi menabur benda-benda kecil sebagai ungkapan rasa syukur dengan membagi kepada warga lain.

Hingga kini, tradisi curak atau saweran masih dijalankan dan dilestarikan oleh masayarakat Cirebon Jawa Barat.

Entah kapan waktu pasti hingga awal mula tradisi saweran atau curak ini ini dilakukan, namun tradisi ini masih melekat dan kerap dilakukan oleh masyarakat di wilayah Cirebon khususnya di Desa Wotgali, Kecamatan Plered.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Pemprov Jatim Minta Bantuan Alat Pernafasan hingga Siapkan Rumah Sakit Rujukan

Perbedaan saweran dan curak sebenarnya tidak jauh berbeda, hanya saja curak dilakukan pada hal-hal keseharian, sedangkan saweran biasanya hanya ada pada pesta pernikahan.

Sebagaimana dimuat dalam artikel yang diterbitkan oleh Cirebon Raya dengan judul “Tradisi Cirebon Ini Entah Sejak Kapan Ada. Populer di Tengah Masyarakat Plered dan..,” di tengah masyarakat Plered Cirebon, istilah curak ini begitu populer.

Terutama di kalangan anak-anak dan kaum ibu rumahan.

Baca Juga: Pada Boy William, Lea Ciarachel Ceritakan Awal Mula Memerankan Karakter Zahra

Seperti pada Minggu 6 Juni pagi, tiba-tiba suasana di Blok H1 Perum Kaliwulu Indah Desa Wotgali, Plered tak biasanya cukup ramai oleh suara anak-anak.

Bahkan sesaat sebelum itu, terdengar suara ibu-ibu memanggil tetangga dekat lainnya yang belum ke luar rumah. Sesekali terdengar suara anak-anak riang dan berlarian ke satu tempat.

"Ayo bu, mana anak-anaknya. Sini bareng-bareng ramai ikut curakannya bu RT," suara tersebut terdengar di luar pintu pagar.

Baca Juga: Prediksi Prancis vs Bulgaria, Didier Deschamp Tunjuk Dembele untuk Pertajam Lini Depan Les Blues

Sesaat kemudian, benar saja, tepatnya di depan Pos Kamling, cukup banyak anak-anak sudah berkumpul. Sementara sejumlah ibu-ibu tampak mengawasi anak-anaknya.

Memang hari itu, salah seorang warga setempat, yang tak lain Bu RT dikabarkan sebelumnya akan curak. Di mana sehari sebelumnya, Ia berganti kendaraan baru.

Tak ayal rupanya seperti kebiasaan selama ini, akhirnya ada curak. Uniknya curak ini, sebenarnya warga maupun yang curak tidak ada istilah karena diminta.

Baca Juga: Pemeran Zahra Di Sinetron Suara Hati Istri Buka Suara, Lea Ciarachel: Takut Pasti Ada

Tetapi terjadi mengalir begitu saja. Yang curak tanpa merasa diminta dan seolah sudah maklum. Begitupun warga, terutama anak-anak pun tanpa diminta datang ke acara curak saat itu.

Setelah dirasa semua anak-anak sudak berkumpul, kemudian uang koin 100, 500, 1000 perak dicampur butiran beras siap-siap dilempar.

"Byaaaar..." lemparan pertama dimulai dan langsung disambut teriakan anak-anak yang kegirangan. Mereka berusaha memungut sebanyak-bsnyaknya uang curak tersebut.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Malam Ini: Jengkel, Andin Bongkar Aib Elsa Dihadapan Papa Surya

Sementara, para ibu berdiri memperhatikan anak-anaknya sambil tersenyum-senyum.  Sesekali entah sadar atau tidak sambil mulai tertawa lepas, mereka spontan mensuport anaknya masing-masing.

Gelak tawa anak-anak dan orang tuanya, terdengar usai beberapa lemparan curak selesai. Anak-anak tampak gembira sambil menghitung uang curak yang didapatnya.

Istimewanya semua anak kebagian. Padahal lemparan curak itu sama sekali tidak diseting, sebagaimana kerap terjadi di dunia politik hehe.

Baca Juga: Ramalan Shio Senin 7 Juni 2021: Shio Monyet Jangan Mendikte

Tradisi curak ini, memang bukan hanya dalam artian sempit karena mendapat sesuatu.

Tetapi curak ini bisa dilakukan apabila ada warga misalnya, istrinya hamil, atau mendapat anak laki-laki. Bisa juga saat anaknya baru turun atau bisa berjalan dan lainnya.

Dari tradisi ini, ada kearifan lokal yang bisa dipetik. Di mana pada saat tetangga mendapat rijki, para tetangganya ikut senang, dan yang curak ikut berbagi kebahagiaan.*** (Andi Kurniada/Cirebon Raya)

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: Cirebon Raya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah