Saingi Donald Trump, Joe Biden Habiskan Dana Kampanye Lebih Banyak dan Capai Angka Fantastis

- 23 Oktober 2020, 12:55 WIB
Debat Final Pilpres AS Digelar, Mikrofon Trump Dimatikan dan Ekpresi Joe Biden Jadi Sorotan
Debat Final Pilpres AS Digelar, Mikrofon Trump Dimatikan dan Ekpresi Joe Biden Jadi Sorotan /

PR INDRAMAYU- Kampanye kandidat presiden Amerika serikat, Joe Biden, mengumpulkan dana jauh lebih banyak daripada kampanye Presiden AS Donald Trump pada awal Oktober kemarin.

Dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari RRI,  23 Oktober 2020,  Biden mengumpulkan sekitar 130 juta dolar AS atau Rp 1,9 triliun selama periode 1 sampai 14 Oktober, sekitar tiga kali lipat sekitar 44 juta dolar AS atau Rp647 miliar yang dikumpulkan oleh kampanye Trump, menurut pengungkapan yang diajukan pada hari Kamis dengan Komisi Pemilihan Federal.

Biden menghabiskan lebih dari dua kali lipat dari yang dilakukan Trump selama periode tersebut, dengan iklan politik Biden sekarang jauh lebih umum di televisi Amerika saat ini.

Baca Juga: Jutaan Video di Platformnya Dihapus, Berikut Alasan Spesifik yang Diberikan TikTok

Dengan sekitar rentang waktu dua minggu sebelum pemilihan Presiden AS yang akan dilaksanakan pada 3 November 2020, Biden memiliki 162 juta dolar AS atau Rp2,3 triliun  di bank, dibandingkan dengan uang tunai yang dipegang oleh kampanye Trump sekitar 44 juta dolar AS atau Rp647miliar.

Keunggulan Biden dalam perlombaan uang bukanlah jaminan kemenanganya dalam pemilihan Presiden kali ini. Trump menang dalam pemilu 2016 meskipun dikalahkan oleh kandidat Demokrat Hillary Clinton soal keuangan.

Sebelum pemilihan presiden Amerika Serikat 3 November mendatang, lebih dari 3,8 juta warga negara telah memanfaatkan hak pilih melalui pemungutan suara lebih awal dan surat, menurut lembaga penyedia data pemilu Elections Project.

Baca Juga: Mengenal Bonum Pos, Aplikasi Digital dari Telkom untuk Bantu UMKM

Angka itu tercatat 75.000 suara lebih banyak dibandingkan periode yang sama pada pemilu 2016.

Lonjakan jumlah suara kini telah menggambarkan kemungkinan capaian rekor jumlah pemilih dalam pertarungan politik antara kandidat petahanan, Donald Trump, dan lawannya, mantan wakil presiden Joe Biden.

Kenaikan suara yang masuk lebih dini dipengaruhi oleh perluasan sistem pemungutan suara awal dan melalui layanan pos di banyak negara bagian atas pertimbangan cara aman memilih di tengah situasi pandemi Covid-19, menurut Michael McDonald dari Universitas Florida.

Baca Juga: Mengenal Bonum Pos, Aplikasi Digital dari Telkom untuk Bantu UMKM

"Kita tak pernah melihat orang sebanyak ini memanfaatkan hak suara jauh hari sebelum pemilu. Masyarakat memilih ketika mereka memutuskan, dan kita tahu bahwa banyak orang telah memutuskan sejak lama dan sudah mempunyai penilaian tentang Trump," kata McDonald.

Dengan angka pemilih awal yang tinggi itu, McDonald memprediksi jumlah pemilih total nantinya mencapai 150 juta orang, mewakili 65 persen dari daftar persentase pemilih tertinggi sejak 1908.

Jumlah suara sebanyak 3,8 juta lebih yang sudah masuk itu sejauh ini datang dari 31 negara bagian. Jumlah itu akan bertambah cepat dalam beberapa pekan ke depan, karena lebih banyak negara bagian menggelar pemungutan suara awal dan via surat.

Baca Juga: Samsung M51 Siap Bersaing Kembali di Pasaran, Cek Harga dan Spesifikasinya Sekarang!

Persentase pemilih yang memberikan hak suara lewat secara langsung pada hari pemungutan suara 3 November sudah mengalami penurunan sebelum pemilu tahun ini, menurut Komisi Bantuan Pemilu.

Angka total suara masuk lewat pemungutan suara awal atau via surat telah bertambah lebih dari dua kali lipat, dari hampir 25 juta pada 2004 menjadi 57 juta suara pada 2016.***

Editor: Evi Sapitri

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x