Pulau berpenduduk 22 juta orang itu sedang berjuang di bawah kekurangan devisa parah yang telah membatasi impor bahan bakar, makanan, dan obat-obatan penting.
Masalah itu menjerumuskan Sri Lanka ke dalam krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan pada tahun 1948.
Inflasi meroket hingga 54,6 persen pada bulan Juni dan diperkirakan akan mencapai 70 persen dalam beberapa bulan mendatang, jika tak kunjung ada solusi. ***