PR INDRAMAYU - Salah satu warga Palestina yang ditahan pemerintah Israel, Imad Sawarka menggelar aksi mogok makan.
Aksi mogok makan ini dilakukannya lantaran keputusan yang dilakukan oleh pemerintah Israel.
Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap perpanjangan penahanan administratif ilegal yang menimpa warga Palestina.
Baca Juga: Prediksi Chelsea vs Man City di Piala FA, Sergio Aguero Diragukan Merumput di Wembley
Selain itu, hal ini dilakukan sebagai bentuk tuntutan agar diakhirinya kebijakan yang mereka nilai sebagai tindakan ilegal.
Penahanan ini dilakukan langsung oleh Komisi Urusan Tahanan Israel.
Tak tanggung-tanggung, Sawarka sudah ditahan untuk ketiga kalinya secara berturut-turut dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari English Wafa, pada Kamis, 15 April 2021.
Baca Juga: Terungkap! Alasan Kenapa Tokoh Jahat Loki di Film Thor, Bisa Begitu Dicintai Oleh Para Fansnya
Dia ditahan pada Juli tahun lalu, penahanan ini juga merupakan hasil rekomendasi dari intelijen Israel.
Mereka mengeluarkan tiga perintah administratif yang masing-masing berlangsung selama empat bulan.
Praktik penahanan administratif ini memungkinkan penahanan bagi warga Palestina tanpa dakwaan atau pengadilan dengan interval yang dapat diperbarui.
Baca Juga: Drama Korea Missing: The Other Side Akan Tayang dengan Season ke 2
Serta berkisar antara tiga dan enam bulan berdasarkan bukti yang tidak diungkapkan.
Bahkan pengacara terdakwa juga dilarang untuk mengikuti jalannya persidangan.
Lantaran sudah kehilangan akal menyikapi aksi mogok makan ini, Dinas Penjara Israel (IPS) memindahkan Sawarka dari Penjara Naqab ke Penjara Asqalan di Israel selatan.
Baca Juga: PMI Kabupaten Malang Rilis Data Korban Gempa Bumi, 4.805 Keluarga Terdampak Bencana
Sawarka dipindahkan ke tahanan lain karena telah menggelar mogok makan selama 29 hari.
Aksi mogok makan ini digelar karena tak ada cara lain yang bisa dilakukan pihak penjara Israel.
Amnesty International menggambarkan penahanan administratif oleh Israel ini.
Baca Juga: Aktor Tampan Jeff Smith Diringkus Polisi, Ini Kasus yang Menimpanya
Mereka menilai aksi ini merupakan "taktik bangkrut" dan telah lama meminta Israel untuk menghentikan penerapannya bagi warga Palestina. ***