Blokir Facebook, Warga Myanmar Berbondong-bondong Pindah ke Twitter Demi Bela Hasil Pemilu

- 5 Februari 2021, 22:18 WIB
 Ilustrasi - Benarkah Mark Zuckerberg bagi-bagi Rp14 juta ke pengguna Facebook?
Ilustrasi - Benarkah Mark Zuckerberg bagi-bagi Rp14 juta ke pengguna Facebook? /Pixabay/Firmbee/

PR INDRAMAYU - Sejak militer Myanmar memblokir sementara media sosial Facebook, pada Kamis 4 Februari 2021.

Ribuan masyarakat Myanmar malah beralih ke media sosial Twitter, berdasarkan jumlah unduhan aplikasi tersebut.

Setelahnya, banyak pengguna Twitter yang menggunakan tagar pro demokrasi untuk mengkritik pengambilalihan tentara dan menyerukan protes damai sampai hasil pemilu November.

Baca Juga: Kolaborasi Berlanjut, Arsy Widianto dan Tiara Andini Rilis Lagu Terbaru 'Diam-diam'

Secara telak pemilu dimenangkan oleh partai Aung San Suu Kyi, agar dihormati.

Seluruh tagar #RespectOurVotes, #HearTheVoiceofMyanmar, dan #SaveMyanmar memiliki ratusan ribu interaksi pada Jumat 5 Februari 2021.

Junta merebut kekuasaan secara kudeta terhadap pemerintah Suu Kyi yang terpilih secara demokratis sebagai tanggapan atas yang tentara katakan 'kecurangan pemilu', pada Senin 1 Februari 2021.

Baca Juga: Terseret Arus Sungai, Balita Ditemukan Meninggal Dunia di Blitar

Tak hanya itu, otoritas militer juga melarang Facebook Inc yang penggunanya berjumlah setengah dari populasi Myanmar hingga 7 Februari mendatang.

Setelah junta mulai menggunakan wahana tersebut untuk berorganisasi.

Butuh waktu beberapa jam, penyedia internet memberlakukan larangan tersebut, kemudian para aktivis mulai membuat akun Twitter dan membagikannya di profil Facebook mereka.

Baca Juga: Masuk dalam 21 Pahlawan Transportasi Dunia, Anies Baswedan Satu-satunya dari Indonesia

Dilansir PikiranRakyat-Indramayu.com, aplikasi Twitter, pada hari ini masuk dalam lima aplikasi terbanyak yang diunduh di Google.

Dari sekitar 1.500 aku Twitter diaktifkan dalam dua hari terakhir, namun penggunaan tagar soal Myanmar, sebagian besar pengguna mengidentifikasi sebagai penentang pemerintah militer.

Sedangkan beberapa lainnya merupakan akun milik pro militer dan mengunggah tautan ke siaran pers junta.

Terkait hal ini, pihak Twitter enggan berkomentar soal lonjakan pengguna platform media sosialnya di Myanmar.***

Editor: Asytari Fauziah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah