Ilmuwan Tiongkok Kabur ke Amerika Serikat Guna Ungkap Fakta Soal Covid-19 yang Ditutupi Pemerintah

13 Juli 2020, 21:37 WIB
Li Meng Ilmuwan Tiongkok yang kabur ke AS //*Fox News

PR INDRAMAYU - Asal-usul virus corona Covid-19 masih menjadi tanda tanya besar bagi penduduk dunia.

Beberapa ahli menuduh virus tersebut merupakan buatan Tiongkok, sementara ahli lainnya menyebut virus itu berasal dari Amerika Serikat.

Baru-baru ini, muncul pemberitaan seorang ilmuwan Tiongkok bernama Li Meng Yan memutuskan untuk 'kabur' ke Amerika Serikat.

Baca Juga: Pelaku Pembunuhan Yodi Prabowo Masih Misterius, Polisi Telusuri Sidik Jari dan Jejak Digital

Bukan tanpa alasan, pelarian dirinya ini juga disebut untuk mengungkap pernyataan terbaru bahwa negaranya telah menutup-nutupi sejumlah fakta terkait Covid-19.

Perempuan yang merupakan spesialis virologi dan imunologi di Hongkong School of Public Health itu menyakini pemerintah Tiongkok tahu terkait Covid-19 jauh sebelum diungkap ke publik.

Diberitakan Pikiran Rakyat Pangandaran dengan judul 'Kabur ke Amerika, Ilmuwan Tiongkok Bongkar Fakta Mengejutkan Soal Covid-19 yang Ditutupi Pemerintah', Li juga mengatakan beberapa atasannya mengabaikan laporan penelitianya di awal pandemi yang dia percaya bisa menyelamatkan nyawa manusia.

Baca Juga: Bantah Pertanyaan Keanu Soal Main Tangan Raffi Ahmad, Nagita: Gak Terima Kalau Gue Dipukul

Dia menambahkan bahwa mereka memiliki kewajiban untuk memberi tahu dunia, mengingat statusnya sebagai laboratorium rujukan Organisasi Kesehatan Dunia yang berspesialisasi dalam virus influenza dan pandemi, terutama ketika virus mulai menyebar pada awal tahun 2020.

Diketahui Li berangkat ke AS pada 28 April 2020 dengan menumpang sebuah pesawat Catchay Pasific. Dia telah merencanakan jauh-jauh hari pelariannya tersebut.

Atas pelariannya ini Yan percaya hidupnya dalam bahaya. Bahkan ia mungkin tidak akan pernah bisa kembali ke rumahnya dan hidup dengan normal lagi.

Baca Juga: Mulai Terkuak, Motif Asmara Jadi Kemungkinan Penyebab Tewasnya Yodi Prabowo, Polisi Dalami Kasus

"Alasan saya datang ke AS adalah karena saya menyampaikan pesan kebenaran Covid-19," katanya dilaporkan Fox News dari lokasi yang dirahasiakan.

Dia menambahkan bahwa jika mencoba menceritakan mengenai hal ini di Tiongkok, dia akan hilang dan dibunuh.

Sementara itu, Li mengaku bahwa dia adalah salah satu ilmuwan pertama di dunia yang mempelajari virus serupa SARS ini.

Baca Juga: Cerita Penyesalan Sang Ayah Sebelum Yodi Prabowo Meninggal, Jarang Berbincang karena Beda Jam Kerja

"Pemerintah China melarang para ahli di luar negeri, termasuk di Hong Kong, melakukan penelitian di China," katanya.

Salah satu teman, ilmuwan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Tiongkok, memberi tahu tentang kemungkinan penularan dari manusia ke manusia kepada Li pada 31 Desember, jauh sebelum Tiongkok atau WHO mengakuinya.

Kemudian Li melaporkan beberapa temuan awal ini ke bosnya. "Dia hanya mengangguk," tuturnya lalu menyuruhnya untuk kembali bekerja.

Baca Juga: Yodi Prabowo Sempat Bertanya Ngawur ke Sang Pacar: Kalau Nanti Aku Enggak Ada, Kamu Sedih Nggak?

Beberapa hari kemudian, tepatnya 9 Januari 2020, WHO mengeluarkan pernyataan.

"Menurut pihak berwenang China, virus tersebut dapat menyebabkan penyakit parah pada beberapa pasien dan tidak mudah menular di antara manusia. Ada informasi terbatas untuk menentukan risiko keseluruhan klaster yang dilaporkan ini," ujarnya.

Dia juga mengklaim asisten direktur laboratorium yang berafiliasi dengan WHO, Profesor Malik Peiris, tahu tetapi tidak melakukan apa-apa.

Baca Juga: Fenomena Langka, Ribuan Warga Covid-19 Negara Ini Lebih Pilih Mati di Rumah daripada ke Rumah Sakit

Peiris tidak menanggapi permintaan komentar. Situs web WHO mencantumkan Peiris sebagai "penasihat" pada Komite Darurat Peraturan Kesehatan Internasional WHO untuk Pneumonia karena Novel Coronavirus 2019-nCoV.

WHO dan Tiongkok sendiri membantah keras soal menutup-nutupi virus corona. WHO membantah bahwa Li, Poon atau Peiris pernah bekerja secara langsung untuk organisasi tersebut.

"Profesor Malik Peiris adalah pakar penyakit menular yang telah berada di misi WHO dan kelompok ahli seperti banyak orang terkemuka di bidangnya," kata juru bicara WHO Margaret Ann Harris lewat email.

"Itu tidak membuatnya menjadi anggota staf WHO, juga tidak mewakili WHO," penjelasnya kepada Fox News.***

 
Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: Pikiran Rakyat Pangandaran

Tags

Terkini

Terpopuler