Sikapi Kerumunan Pendukung Trump di Capitol Hill, Pakar Kekerasan Politik AS Angkat Bicara

7 Januari 2021, 17:57 WIB
Para pemimpin dunia mengutuk kerusuhan yang dilakukan pendukung Donald Trump di Capitol Hill. /instagram @nypost

PR INDRAMAYU – Baru-baru ini muncul kabar berkumpulnya pendukung Donald Trump di Capitol Hill, Amerika Serikat (AS).

Mereka berkumpul diduga akibat tidak terima atas kekalahan Donald Trump pada Pemilihan Presiden AS akhir 2020 lalu.

Menyikapi hal tersebut, pakar kekerasan politik AS, Ore Koren, pun angkat bicara. Ia menyampaikan hal itu saat diwawancarai editor senior The Conversation US, Naomi Schalit.

Baca Juga: Hoaks Atau Fakta: Beredar Foto Wanita Australia dan Bayi Kembar, Simak Penjelasannya!

Ore Koren awalnya sangat terkejut akan hal tersebut. Ia menganggap keterkejuan itu sebagai hal yang wajar.

“Ini adalah situasi baru; kejadian ini menunjukkan besarnya pengaruh misinformasi dan hal-hal yang kita tidak dapat tangani dengan baik,” tutur Koren dikutip PikiranRakyat.Indramayu.com dari The Conversation.

“Yang terjadi di Capitol, dari yang saya lihat, adalah kerusuhan kacau melibatkan orang-orang mengamuk di jantung demokrasi AS, tapi belum jelas apakah ini upaya yang terorganisasi,” sambungnya.

Baca Juga: Simak 6 Tips Jaga Kesehatan Ginjal, Salah Satunya Minum Air Putih yang Cukup

Dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari The Conversation, alih-alih mendapatkan manfaat, Ore Koren menganggap orang yang menyerbu Capitol itu justru akan memperoleh kerugian lebih besar.

Jika dibandingkan dengan negara lain yang mengalami hal serupa, memang penyebabnya tidak lain adalah akibat keengganan menyerahkan kekuasaan atau menuduh partai politik yang menang telah berbuat curang.

“Itu tampaknya yang kita lihat terjadi di AS saat ini, satu partai menyalahkan partai lain karena curang,” ujar Koren.

Baca Juga: Jelang Turnamen Thailand Open 2021, BWF Lakukan Swab Tahap Pertama ke Seluruh Peserta Tur

“Bedanya, kita memiliki banyak bukti bahwa kecurangan ini tidak terjadi, dan kita di AS memiliki sarana legal dan institusional untuk membuktikan apakah kecurangan benar terjadi,” sambungnya.

Negara Paman Sam sebenarnya memiliki sistem hukum yang bisa menangani gugatan dugaan kecurangan hasil pemilu.

Negara lain ironisnya tidak memiliki institusi hukum yang kuat untuk menangani kasus tersebut.

Baca Juga: Pengacara Habib Rizieq Hadirkan Dua Saksi di Sidang Ketiga Praperadilan, Begini Keterangannya

Hasilnya negara pun tidak sanggup menghadapi penolakan akan hasil pemilu dengan jalan damai.

“Di negara-negara lain, kelompok yang melakukan kekerasan biasanya adalah milisi pro-pemerintah. Tapi yang kita lihat di AS bukanlah milisi pro-pemerintah, mereka aktif menentang polisi,” tutur Koren.***

Editor: Asytari Fauziah

Sumber: The Conversation

Tags

Terkini

Terpopuler