Waktu ia pulang dan mulai tampil dengan "Bib-Bob" yang menggemparkan itu, ternyata Rendra sudah jadi. A. Teeuw (1989) dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II menyatakan bahwa Rendra tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu angkatan atau kelompok sastra karena karya-karyanya mempunyai kepribaian dan kebebasan sendiri.
H.B. Jassin juga menyatakan bahwa Rendra adalah sastrawan yang sangat penting. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Harry Aveling dalam tulisannya yang berjudul A Thematic History of Indonesian Poetry: 1920 to 1974.
Rainer Carle membuat disertasinya tentang karya-karya Rendra dengan judul Rendras Gedichtsammlungen (1957—1972): Ein Beitrag zur Kenntnis der Zeitgennossichen Indonesischen Literature, Hamburg 1977.
Karya-karya Rendra, antara lain:
Kumpulan Puisi:
- Balada Orang-Orang Tercinta (1957)
- Kumpulan Sajak (1961),
- Blues untuk Bonnie (1971)
- Sajak-Sajak Sepatu Tua (1972)
- Potret Pembangunan dalam Puisi (1983)
- Nyanyian Orang Urakan (1985)
- Disebabkan oleh Angin (1993)
- Orang-Orang Rangkasbitung (1993),
Naskah Drama:
- Orang-Orang di Tikungan Jalan (1954)
- Selamatan Anak Cucu Sulaiman (1967)
- Mastodon dan Burung Kondor (1972)
- Kisah Perjuangan Suku Naga (1975)
- SEKDA (1977)
- Panembahan Reso (1986)
Pentas Drama (Teater) Bersama Pengarang Lain:
- Paraguay Tercinta (1961) karya Fritz Hochwalder
- Odipus Sang Raja karya Sophocles
- Oedipus di Colonus karya Sophocles
- Antigone karya Sophocles
- Lysistiratakarya Aristophanes
- Menunggu Godot karya Samuel Beckett
- Macbeth karya Willdiam Shakespeare
- Hamlet karya Willdiam Shakespeare
- Pangeran Homburg karya Heinrich von Kleist
- Kasidah Barzanji karya Al Barzanji terjemahan Syu'bah Asa
- Egmont karya Goethe
Pentas Drama Karya Sendiri
- Mastodon dan Burung Condor (1973)
- Perjuangan Suku Naga
- Panembahan Resso
- Sabda
Kumpulan Esai
- Mempertimbangkan Tradisi (1983)
Beberapa karya Rendra telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Jepang, Hindi, dan Belanda.