Perut Buncit Berisiko Osteoporosis, Kata Periset Harvard University

5 Desember 2021, 13:03 WIB
Perut buncit padahal kurus. /Freepix

INDRAMAYUHITS – Orang dengan tubuh gemuk aau kegemukan dianggap memiliki risiko penyakit osteoporosis yang lebih rendah. Demikian kesimpulan serampangan yang membentuk opini di masyarakat.

Ternyata pendapat itu tidak benar. Bantahan tersebut disampaikan radiolog dan profesor di Sekolah Medis Harvard University Amerika Serikat, Dr. Miriam Bredella.

"Semua orang mengira kerapuhan tulang sebagai penyakit perempuan. Penelitian selama ini fokus kepada perempuan, dan lelaki dipandang bebas risiko. Kami terutama ingin meneliti lelaki muda,” ungkap Bredella dilansir Indramayu Hits dari laman kemenkes.go.id edisi 24 Oktober 2017.

Baca Juga: Rugikan Negara Hingga Rp18 Miliar, Pemalsu Kartu Prakerja Ditangkap

Bantahan Bredella bukan asal kira. Ia telah melakukan penelitian bersama tim perisetnya melakukan evaluasi terhadap 35 lelaki tambun dengan usia rata-rata 34 tahun dan indeks massa tubuh (BMI) rata-rata 36,5.

Objek riset dibagi menjadi 2 kelompok, yakni penderita lemak subkutan atau di bawah jaringan kulit yang tersebar ke seluruh tubuh dan kelompok penderita lemak mendalam atau dalam perut di jaringan otot rongga perut.

Diungkapkan Bredella, lemak mendalam yang mengakibatkan perut buncit, meski tubuhnya kurus, ternyata lebih berbahaya. Alasannya, lemak terletak di antara organ bagian dalam dan terkait erat dengan penyakit jantung.

Baca Juga: Pasangan Muda, Saran dr Boyke Hindari Kebiasaan Buruk Ini Kalau Ingin Cepat Punya Anak

Lalu, faktor apa yang paling memengaruhi terbentuknya lemak mendalam? Brendella menyebut faktor genetika, diet tinggi lemak, dan gaya hidup tanpa olahraga palin berkontribusi.

Berita terbarunya dan ini mengejutkan, ternyata lelaki yang memiliki lemak mendalam, tulangnya lebih rapuh.

Brendella melanjutkan informasi tentang hasil penelitiannya, berdasarkan amatan melalui CT san terhadap para lelaki atau tomografi terkomputasi pada perut dan paha untuk menghitung massa lemak dan otot, serta CT resolusi tinggi pada lengan bawah.

“Kekuatan tulang ikut dinilai untuk memprediksi risiko keretakan tulang dengan teknik yang disebut analisa elemen terbatas (FEA) untuk menentukan kekuatan material untuk desain jembatan dan pesawat,” sambungnya.

Dikatakan, hasil penelitian menemukan, tulang kelompok lemak mendalam dua kali lebih rapuh daripada kelompok lemak subkutan atau lemak di sekujur tubuh. Penelitian juga mengonfirmasi bahwa massa otot terkait secara positif dengan kekuatan tulang.
Kenapa lemak mendalam dapat berujung osteoporosis? Bredella menjelaskan ada dua alasan, pertama, semua orang dengan lemak mendalam mensekresikan lebih sedikit hormon pertumbuhan yang berperan penting dalam menjaga kesehatan tulang.

“Kedua lemak mendalam mensekresikan molekul-molekul tertentu yang mengakibatkan peradangan yang menyebabkan tulang rapuh,” lanjut dia. ***

Editor: Kalil Sadewo

Tags

Terkini

Terpopuler