Cirebon Pernah Menguasai Sepertiga Jawa, Bukti Kehebatan Sunan Gunung Jati, Terus Menyusut Setelah Meninggal

5 Maret 2022, 15:37 WIB
Sejarah Kerajaan Islam Cirebon yang dulu wilayah kekuasaannya besar hingga Banten. /Facebook Keraton Kasepuhan Cirebon

INDRAMAYUHITS - Jika menengok sejarah, Kerajaan Cirebon di masa jayanya tergolong besar. Wilayah kekuasaannya terbentang dari batas barat Sungai Cisanggarung hingga ujung barat Banten.

Jakarta (Kalapa) adalah bagian dari kekuasaan di bawah kendali Sunan Gunung Jati. Dan, Cirebon adalah ibukota kerajaan pada masanya.

Hal itu terungkap dalam dalam naskah berjudul Sejarah Kerajaan Tradisional Cirebon yang ditulis Drs. M Sanggupri Bochari dan Wiwi Kuswiyah dan diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sejak tahun 2001.

Baca Juga: Kisah Kewalian Habib Toha Lewat Mimpi Orang Sholeh yang Bertemu Sunan Gunung Jati dalam Rapat Wali Qutub

Tulisan tersebut mengungkap evolusi kekuasaan (teritorial) Cirebon sejak pra Islam, Kerajaan Islam, masa pembagian kekuasaan yang memiliki garis nasab, hingga saat ini.

Sebelum berdirinya kekuasaan politik Islam di bawah kepemimpinan Sunan Gunung Jati, wilayah Cirebon dapat dikelompokkan atas dua daerah yakni daerah pesisir disebut dengan nama Cirebon Larang dan daerah pedalaman disebut juga dengan nama Cirebon Girang.

Ki Gendeng Jumajan Jati menjadi penguasa daerah di sepanjang pesisir pantai Cirebon (Cirebon Larang). Daerah pesisir ini meliputi daerah Singapura dan Pelabuhan Muarajati.

Baca Juga: Mengenal Putra-putri Sunan Gunungjati, Hanya 1 yang Menjadi Raja tapi di Luar Cirebon

Adapun daerah pedalaman yang terletak di kaki Gunung Ciremai atau disebut pula dengan nama Cirebon Girang, dikuasai oleh Ki Gendeng Kasmaya. Daerah ini meliputi
seluruh daerah Wanagari.

Baik Ki Gendeng Jumajan maupun Ki Gendeng Kasmaya, keduanya adalah saudara Prabu Anggalarang (Tohaan) di Galuh.

Pada masa Raja Prabu Niskala Wastukancana berkuasa yaitu sekitar tahun 1371-1475 kedua wilayah Cirebon tersebut berada di bawah kekuasaannya.

Baca Juga: Identitas 6 Istri Sunan Gunungjati, Tak Ada yang Asal Indramayu

Kemudian sekitar tahun 1475-1482, kedua wilayah Cirebon itu berada di bawah kekuasaan Prabu Anggalarang (Tohaan) di Galuh.

Sayang, tulisan ini tidak menuliskan tentang bentuk "kekuasaan" transisi dari pra Islam ke Islam yang secara manajerial dikelola oleh Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana. Yang oleh sejumlah pihak disebut sebagai masa pemerintahan berbentuk Pekuwon.

Diceritakan, Cirebon baru menjadi kerajaan Islam yang berdaulat dan tidak lagi berada di bawah kekuasaan manapun, ketika Sunan Gunung Jati berkuasa dan melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran.

Baca Juga: Berikut Ini Adalah Tokoh Nasional Keturunan Sunan Gunung Jati, Nomor 3 dan 4 Tak Disangka

Raja Kerajaan Sunda Pajajaran ketika itu adalah Sri Paduka (Baduga) Maharaja atau yang lebih dikenal dengan nama
Prabu Siliwangi, yang juga kakek dari Sunan Gunung Jati.

Seiring dengan proses pengislaman yang dijalankan oleh Sunan Gunung Jati, daerah-daerah yang kemudian masuk ke dalam wilayah Kerajaan Cirebon antara lain; Luragung, Kuningan, Banten, Sunda Kelapa, Galuh, Sumedang, Japura Talaga, Losari, dan Pasirluhur.

Pangeran Hasanudin, putra Sunan Gunung Jati ditempatkan sebagai Bupati Banten pada tahun 1526. Setahun kemudian Sunan Gunung Jati menempatkan Fatahilah, menantu Sunan Gunung Jati sebagai "Bupati" Sunda Kalapa pada tahun 1527.

Baca Juga: Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya NU Ternyata Adalah Ulama Besar Keturunan Cirebon

Saat itu wilayah kekuasaan Kerajaan Cirebon dibagi menjadi empat daerah sub kekuasaan yakni Cirebon, Pakwan, Banten, dan Kalapa.

Perkembangan selanjutnya terjadi ketika Kerajaan Cirebon berada di bawah kekuasaan Panembahan Ratu, daerah Banten berada di bawah kekuasaan Maulana Yusuf, dan wilayah Jawa Barat dibagi atas dua daerah kekuasaan dengan menjadikan Sungai Citarum sebagai garis pemisah.

Kedua wilayah itu adalah wilayah Banten berada di sebelah Barat Sungai Citarum, dan wilayah Cirebon berada di sebelah Timur Sungai Citarum.

Baca Juga: Lowongan Kerja Maret 2022 PT Toyota AUTO2000 untuk Sejumlah Posisi, Ditutup 25 Maret 2022

Dalam catatan tersebut disebutkan, pada kurun waktu 1649-1667, Panembahan Girilaya berkuasa. Di bawah kekuasaannya ini wilayah Cirebon meliputi Kuningan, Majalengka, dan Indramayu.

Setelah Panembahan Girilaya meninggal dunia Kerajaan Cirebon dibagi menjadi tiga kesultanan, yaitu Kesultanan Kanoman dipimpin oleh Badrudin Kartawijaya, Kesultanan Sepuh dipimpin oleh Samsudin Mertawijaya, dan Kesultanan Kacerbonan dipimpin oleh Pangeran Wangsakarta.

Terbaginya Kerajaan Cirebon ke dalam tiga kesultanan ini menyebabkan wilayahnya terbagi pula menjadi tiga wilayah, sesuai dengan kesultanan masing-masing. Selain perubahan wilayah, juga terjadi perubahan yang drastis dalam struktur pemerintahan.

Baca Juga: Kementerian PPN/Bappenas Buka Rekrutmen Pegawai Maret 2022 untuk Sejumlah Formasi, Cek Gambaran Kerjanya!

Dalam bukunya "Meninjau Sepintas Panggung Sejarah
PemerintahanKerajaan Cerbon (1479-1809)", RH. Unang Sunardjo memperkirakan bahwa untuk sementara waktu (1677-1678) pembagian wilayah secara definitif belum dilakukan, sehingga seluruh wilayah Kerajaan Cirebon yang ditinggalkan oleh Panembahan Girilaya dikuasai bersama oleh ketiga putranya, kecuali beberapa tempat tertentu. ***

Editor: Kalil Sadewo

Sumber: Kemendikbud

Tags

Terkini

Terpopuler