INDRAMAYUHITS - Bagi para penikmat sastra, mungkin sudah tidak asing dengan sosok satu ini.
Ia merupakan seorang penyair terkemuka asal Indonesia, dan diberi julukan sebagai “Si Binatang Jalang”.
Ia adalah Chairil Anwar, sang maha karya sastra. Di kepalanya berjuta kata-kata, lalu menjelma diksi-diksi yang terbingkai jadi puisi, yang menggugah jiwa dan hati.
Ya, karya-karya Chairil Anwar sangat dinikmati bagi para penikmatnya. Bahkan, karya monumentalnya pun masih bisa kita nikmati sampai sekarang.
Baca Juga: Tujuh Pemain Liverpool Hengkang Musim Panas Tahun Ini, Salahsatunya Divock Origi
Melalui puisinya, Chairil Anwar akan tetap hidup, seperti karya puisinya, aku mau hidup seribu tahun lagi.
Dan kini, ia akan tetap hidup beribu-ribu tahun di hati para pecintanya.
Karena kita yang mencintainya selalu di suguhkan dengan puisi-puisi cintanya
Dan bagi yang rindu tentang karya sang maha karya Chairil Anwar tentang cinta. Berikut 5 Karya Puisi pilihan tentang cinta dari Chairil Anwar.
1. Senja di pelabuhan kecil
Kepada Sri Ayati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
2. Tak sepadan
Aku kira
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros
Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka
3. Cintaku jauh di pulau
Baca Juga: Daftar 5 Drama Korea Terbaru Netflix, Tayang Bulan Juni 2022, Yuk Cek Jadwalnya!
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama kan merapuh!
Mengapa ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau kumati, dia mati iseng sendiri
4 . Cinta dan Benci
Aku tidak pernah mengerti
Banyak orang menghembuskan cinta dan benci
Dalam satu napas
Tapi sekarang aku tahu
Bahwa cinta dan benci adalah saudara
Yang membodohi kita, memisahkan kita
Sekarang aku tahu bahwa
Cinta harus siap merasakan sakit
Cinta harus siap untuk kehilangan
Cinta harus siap untuk terluka
Cinta harus siap untuk membenci
Karena itu hanya cinta yang sungguh-sungguh mengizinkan kita
Untuk mengatur semua emosi dalam perasaan
Setiap emosi jatuh… Keluarlah cinta
Sekarang aku mengetahui implikasi dari cinta
Cinta tidak berasal dari hati
Tapi cinta berasal dari jiwa
Dari zat dasar manusia
Ya, aku senang telah mencintai
Karena dengan melakukan itu aku merasa hidup
Dan tidak ada orang yang dapat merebutnya dariku
5. Sajak putih
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi
Malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak membelah