Wejangan Dari Gunung, Lestarinya Ternyata Buat Manusia Temukan Cinta yang Sejati

- 29 Agustus 2023, 06:10 WIB
Galih Donikara saat jadi pemateri pada acara Jurnalis Camp 2023 l, bersama PRMN dan Eiger di Sari Ater Campervan Park Subang, Jawa Barat
Galih Donikara saat jadi pemateri pada acara Jurnalis Camp 2023 l, bersama PRMN dan Eiger di Sari Ater Campervan Park Subang, Jawa Barat /DeskJabar

INDRAMAYUHITS - "Musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri." Begitulah kiranya kata salah seorang filsuf sebagai kalimat untuk menjadi renungan dan muhasabah dalam kehidupan

Kenapa saya memulai dengan hal tersebut? Karena Itulah makna yang bisa didapat saat mengikuti sesi materi yang dibincangkan oleh Galih Donikara, Nara Sumber dalam acara Journalist Camp yang diadakan oleh Pikiran Rakyat Media Network (PRMN) dan Eiger di Sariater, Subang, Jawa Barat, yang berlangsung Kamis & Jumat, 24 & 25 Agustus 2023

Galih Donikara atau akrab dipanggil "Kang Galih" adalah salah satu pegiat alam asal Bandung yang mempunyai segudang pengalaman mendaki gunung di Indonesia dan dunia. 

Dia merupakan salah satu orang Indonesia yang pernah mendaki puncak tertinggi di dunia, yakni Gunung Everest di Himalaya (Nepal) dalam ekspedisi 7 Summits Indonesia. 

Ya, pria yang lahir pada 19 Agustus 1965 ini adalah pecinta alam yang luar biasa. Meski begitu, Kang Galih sangat rendah hati, dan yang saya suka darinya ialah walau berkali-kali berada di puncak gunung tertinggi, tapi ia tidak pernah merasa tinggi.

Puluhan gunung sudah dia puncaki, Namun, Kang Galih tidak pernah merasa menaklukan itu semua, karena yang dia taklukkan adalah dirinya sendiri, dengan caranya dalam bercengkrama dengan alam yang lestari

Dalam kesempatan berbincang sebagai nara sumber dengan materi kegiatan di alam bebas, Kang Galih yang penuh semangat banyak mengingatkan soal Hablum minal Alam atau hubungan manusia dengan alam

"Alam itu mengandung bahaya, manusia mengundang bahaya, alam itu berhubungan dengan kesulitan, manusia berhubungan dengan kerumitan," katanya dengan nada pelan

Kang Galih melanjutkan dengan mengingatkan kepada kita saat berkegiatan di alam agar tidak ceroboh, karena kata dia itu akan mengundang bahaya bagi keselamatan kita

"Banyak hal yang terjadi dalam kegiatan alam bebas itu karena faktor bahaya yang ditimbulkan oleh kita, karena kita mengundang bahayanya," tegasnya

Lalu, dia mewanti-wanti agar kita sebagai manusia harus bisa meminimalisir tingkat bahaya di alam saat melakukan kegiatan

Caranya kata dia, kita harus belajar dan berdiskusi untuk kenali alam yang akan kita jadikan objek kegiatan. Setelah itu, baru kenali diri kita sendiri. 

Ada hal yang membuat saya merasa sadar sebagai manusia saat Kang Galih mengatakan bahwa yang menentukan hubungan alam dengan manusia menjadi mesra adalah sikap kita

"Dan yang paling bahaya dari kecerobohan kita di alam adalah sikap kita, yaitu kesombongan," katanya kepada seluruh peserta yang mulia terbawa hanyut oleh suasana obrolan hebat ini

Kemudian, Kang Galih menceritakan tentang kisahnya saat melakukan pendakian di Gunung Everest, Himalaya, Nepal. 

Dalam ceritanya saat singgah di Gunung Everest, Kang Galih mendapatkan nasihat spiritual dari salah seorang warga Nepal

"Orang Nepal mengatakan kepada saya, 'Galih gunung itu makhluk hidup, gunung itu berhak memilih siapa yang berhak kepuncaknya," tuturnya

Kang Galih berasumsi jika kenapa banyak yang belum berhasil untuk sampai di puncak, itu salah satunya karena gunung tidak mau menerima dan memilih sebab sifat kesombongan manusia yang lebih menjulang melebihi tingginya

"Makanya orang Nepal itu kalau naik ke gunung tujuannya ziarah, tujuannya ibadah. Ketika sampai kepuncak mereka semua bersyukur," ucapnya lagi

Dari semua yang diceritakan Kang Galih, manusia yang konon sebagai khilafah, ternyata masih banyak yang gagal total untuk membawa rasa cinta terhadap makhluk yang penuh cinta kepadanya, yaitu alam

Alam dan semua isinya jelas sudah sangat baik hati kepada manusia, meskipun timbal baliknya tidak sebanding dengan apa yang sudah diberikan

Kebaikan alam terhadap manusia semata-mata merupakan bentuk ibadah kepada Sang Pencipta

Dan alam nyatanya lebih ta'dzim kepada Tuhan daripada makhluk yang disebut paling sempurna, yaitu manusia

Terkadang, kesulitan dalam membangun Hablumminalalam yang baik adalah manusia memang lupa diri dan gak tau diri

Dari Kang Galih saya belajar, bahwa ketika kita menyatu dengan alam, hakikat tertinggi yang didapat adalah bisa mengenal diri sendiri. Itu poin pentingnya

Apalagi kata Kang Galih, ditengah maraknya para pendaki yang mulia berduyun naik ke atas gunung, satu yang harus perlu di ketahui, kenali diri sendiri

Caranya, kata Kang Galih yang pertama harus mengenal fisik diri sendiri, latih fisik agar lebih siap, kemudian apakah punya penyakit yang berpotensi mengundang bahaya ketika berkegiatan di alam, itu juga harus diketahui

Lalu rencanakan untuk mempersiapkan diri sendiri dari mulai mental, perbekalan, peralatan dan lain-lain, karena menurutnya 50 persen keberhasilan ada diperencanaan

Kalau merencanakan saja gagal, itu berarti sama dengan merencanakan kegagalan

Lalu setelah rencana terhadap diri sendiri sudah oke, baru kenali alam yang akan di jadikan objek dalam berkegiatan

Misalnya, kata Kang Galih, jika ingin ke gunung Prau maka usahakan harus tau informasi datanya, medannya seperti apa, ketinggiannya berapa, tingkat bahanya gimana, hingga puskesmas terdekat dimana itu perlu untuk diketahui

Dan Kang Galih memang mengakui, banyak bahaya yang terjadi karena sikap acuh manusia terhadap diri sendiri dan terhadap alam 

Kembali isi kepala saya yang kosong dijerninhkan oleh pria gagah berusia 58 tahun itu, bahwa sebagai manusia ternyata harus kenal terhadap diri sendiri

Jadi teringat kutipan yang masyhur di kalangan Sufi, Man 'arafa Nafsahu, Faqad Arafa Rabbahu. Yang artinya “Barang siapa yang mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya.”

Jangankan mengenal Tuhan, mengenal alam saja pengetahuan manusia masih berantakan. Jangankan untuk berhubungan baik dengan alam, berhubungan baik dengan sesama saja levelnya masih sangat rendah. 

Kembali untuk fokus ke materi, Kang Galih kembali berbincang, dan lagi soal Hablum minal Alam

Jadi menurutnya, karena alam itu ruang untuk kehidupan manusia, tempat yang isinya dinikmati oleh manusia, maka dimanapun berada harus membangkitkan rasa cinta terhadap kelestariannya

Dengan manusia berhasil mencintai alam, maka akan tumbuh cinta terhadap Tuhan, 

Mencintai Tuhan adalah puncak dari segala cinta, dan jika itu terjadi maka akan bersinergi antara hubungan baik yang disebut Hablum minal Alam, Hablum Minallah dan Hablum Minannas

"Jadi kalau di alam, kita harus cinta terhadap ciptaannya dan cinta terhadap penciptanya," saut Kang Galih

Inilah esensi Hablum minal Alam, yang disebut tadabbur alam. Menikmati keindahannya sambil bergumam takjub kepada sang penciptanya. 

Jadi kesimpulannya, alam memberi wejangan kepada manusia soal cinta yang sejati. Melalui kelestariannya yang indah, akan tampak pencipta kemanapun mata kita berpaling. ***

 

Editor: Aris Maya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x