INDRAMAYUHITS- Tokoh revolusi Kuba Fidel Castro pada tahun 1959 mengirimkan Che Guevara ke Jakarta untuk memberikan undangan sekaligus berguru kepada Presiden RI pertama Soekarno.
Rupanya dari kejauhan Fidel Castro turut mengamati gerakan revolusi yang dikomandoi Soekarno.
Bahkan, Kakak dari Raul Castro ini telah membaca tulisan berbahasa Inggris Soekarno berjudul "Indonesia Menggugat".
Ia merasa gerakan revoluasi yang dilakukan Indonesia sejalan dengan apa yang didambakan Kuba. Hingga pada saatnya Che Guevara datang ke Jakarta dan bertemu sang Proklamator.
Che Guevara sendiri merupakan seorang tokoh revolusi Argentina yang dari muda berkelana dengan motornya mencari arti tentang masyarakat, sebuah pembebasan.
Che berpikir bahwa satu-satunya pembebasan adalah menghilangkan struktur masyarakat yang menindas. Lalu Che bergabung dengan Fidel membakar revolusinya dan menggulingkan diktator Fulgencio Batista.
Begini sebagian isi perbincangan Soekarno dengan Che Guevara
“Che...bagi saya sebuah perubahan sejarah itu tidak boleh setengah-setengah. Ia harus menjebol. Ia harus, memporakporandakan. Dari situasi porak poranda itu kita bangun yang baru, bangunan masyarakat yang modern, terhormat dan memanusiakan manusia” kata Soekarno usai makan malam.
Lalu Che memberi cerutu Kuba pada Soekarno yang mengajak Che bicara di teras Istana Negara.
“Kamu lihat Che, bangunan ini adalah bangunan Belanda. Kota-kota kami adalah contoh kota kolonial terbaik pada jamannya.
Di timur Jakarta ada kota bernama Bandung, indahnya luar biasa. Lalu ada juga Kota Surabaya yang menjadi pelabuhan paling timur milik jaringan dagang Hindia Belanda, sebelum Australia didirikan Inggris. Mereka sudah membangun permodalan dari abad demi abad.
"Mereka sudah membangun benteng-benteng kesejahteraannya. Tapi Che, bangsa-bangsa yang mereka jajah hanya menjadi kuli...kuli dari kemauan mereka. Lalu kami sejak pergantian abad lalu, sadar bahwa satu-satunya jalan untuk membebaskan bangsa dari kekuliannya, dari perbudakannya adalah menjadi ‘bangsa tuan’ di negeri sendiri"
Menjadi demikian terhormatnya, sehingga kami bisa menggali kekayaan kami. Kami bisa membangun budaya kami. Kami bisa menguasai diri kami sendiri.
Lalu dengan rasa terhormat itu :
" Ekonomi kami, Kebudayaan kami dan pandangan-pandangan politik kami menjadi arus besar bagi sumbangan peradaban dunia”,
kata Soekarno sambil menghirup cerutu.
“Jadi apa yang Tuan Soekarno lakukan untuk itu” kata Che dengan pandangan berapi-api.
Ia seakan melihat sang guru sedang menjelaskan konsep sosialisme, konsep kesejahteraan umum, konsep yang akan membawa masyarakat pada pembebasannya.
“Bagiku Che, revolusi itu sebuah keharusan untuk membuka pintu sejarah baru. Saat ini sejarah yang berlangsung sudah berbeda dengan sejarah di abad-abad lampau,"
Pergerakan eksploitasi bukan lagi pada pendudukan-pendudukan koloni, tapi pada pergerakan arus modal. Arus modal inilah yang kemudian menjadi alat penindas antara pemilik modal dan bukan pemilik modal. Negara-negara baru jelas tidak punya modal. Mereka belum ada waktu akumulasi modal. Mereka baru memulai, demikian seperti dikutip dari kebudayaan.kemendikbud.go.id.