“Kamu lihat Che, bangunan ini adalah bangunan Belanda. Kota-kota kami adalah contoh kota kolonial terbaik pada jamannya.
Di timur Jakarta ada kota bernama Bandung, indahnya luar biasa. Lalu ada juga Kota Surabaya yang menjadi pelabuhan paling timur milik jaringan dagang Hindia Belanda, sebelum Australia didirikan Inggris. Mereka sudah membangun permodalan dari abad demi abad.
"Mereka sudah membangun benteng-benteng kesejahteraannya. Tapi Che, bangsa-bangsa yang mereka jajah hanya menjadi kuli...kuli dari kemauan mereka. Lalu kami sejak pergantian abad lalu, sadar bahwa satu-satunya jalan untuk membebaskan bangsa dari kekuliannya, dari perbudakannya adalah menjadi ‘bangsa tuan’ di negeri sendiri"
Menjadi demikian terhormatnya, sehingga kami bisa menggali kekayaan kami. Kami bisa membangun budaya kami. Kami bisa menguasai diri kami sendiri.
Lalu dengan rasa terhormat itu :
" Ekonomi kami, Kebudayaan kami dan pandangan-pandangan politik kami menjadi arus besar bagi sumbangan peradaban dunia”,
kata Soekarno sambil menghirup cerutu.
“Jadi apa yang Tuan Soekarno lakukan untuk itu” kata Che dengan pandangan berapi-api.
Ia seakan melihat sang guru sedang menjelaskan konsep sosialisme, konsep kesejahteraan umum, konsep yang akan membawa masyarakat pada pembebasannya.
“Bagiku Che, revolusi itu sebuah keharusan untuk membuka pintu sejarah baru. Saat ini sejarah yang berlangsung sudah berbeda dengan sejarah di abad-abad lampau,"