Masih Mempersoalkan Pancasila, Gus Yaqut : Belajar Lagi yang Lama

1 Juni 2022, 22:41 WIB
Menag Yaqut Cholil Qoumas /kemenag.go.id

INDRAMAYUHITS- Menteri Agama Republik Indonesia (RI) Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) menyebut bahwa Pancasila adalah sebagai sebuah muara untuk menyatukan dan menyelaraskan berbagai macam perbedaan yang ada di tanah air ini, termasuk agama.

“Orang kemudian masih mempermasalahan konsensus kebangsaan kita. Pancasila itu titik temu,” terang Gus Yaqut pada kanal Youtube Deddy Corbuzier Podcast, dikutip pada Rabu.

Gus Yaqut, menuturkan bahwa Pancasila sebagai sebuah pertemuan dari berbagai kepentingan yang ada di tanah air ini, termasuk agama. Ia menyebutnya 'kalimatun sawa'. Indonesia yang heterogen di satukan dengan konsensus nasional Pancasila.

Baca Juga: Cacar Monyet Serang 15 Negara, Kenali Ciri-cirinya Berikut Ini

Terkait perbedaan, Gus Yaqut menuturkan bahwa Allah SWT ketika menciptkan manusia dengan berbeda-beda.

Dalam perbedaan dan keunikan itulah mausia diperintahkan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan melalui diskusi dan musrawaraah, bukan dengan berbagai keributan.

“Makanya, saya selalu bilang kepada mereka yang ribut tentang perbedaan itu jangan-jangan belajarnya kurang lama. Jangan emosi, ngaji dulu. Orang emosian biasanya ilmunya cetek,” kelakar Gus Yaqut.

Hal demikan, bagi seorang muslim yang berada di negeri yang begitu majemuk masyarakatnya, sudah semestinya meyakini bahwa agama yang dianut adalah agam yang benar di sisi Tuhan.

Tetapi, Hal tersebut harus di terapkan pertama-tama kepada diri sendiri dulu, termasuk dalam memilih agama.

Baca Juga: Lama Menjomblo? Ingin Segera Punya Pasangan? Coba Kerjakan 7 Amalan Ini, Nomor 2 Dilakukan Juga Nabi Musa AS

“Kepada orang lain kita harus lunak. Dalam bahasa sederhana, kita semua memiliki hak termasuk dalam hal memilih agama. Tetapi ingat, hak kita dibatasi dengan hak orang lain. Kita tidak boleh memaksakan hak kita dalam beragama kepada orang lain,” ujar Gus Yaqut.

Ia menegaskan, bahwa banyak seseorang yang keras kepada orang lain tetapi lunak kepada diri sendiri. Hal tersebut tidak sejalan dengan ajaran islam yang disebut amar ma'ruf nahi munkar.

“Amar ma'ruf nahi munkar, bagaimana menyeru kebaikan dan mencegah kerusakan. Duluan mana, nih? serukan dulu kebaikan, baru mencegah kerusakan. Sekarang orang kebalik. Nahi munkar dulu,” kata pria kelahiran Leteh, Rembang, Jawa Tengah ini.

Baca Juga: Tampil Menekan di Babak Pertama, Timnas Indonesia Belum Mampu Cetak Gol ke Gawang Bangladesh

Agama, seharusnya berisikan pesan damai, saling menghormati, santun, bahkan menjaga kearifan lokal.

Sebagaimana menukil dari kisah Nabi Muhammad yang semata-mata diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak.***

 

Editor: Ahmad Asari

Sumber: Podcas Deddy Corbuzer

Tags

Terkini

Terpopuler