INDRAMAYUHITS – Tak hanya Sebelum Cahaya, lagu Sandaran Hati karya terbaik Letto juga memiliki muatan sufistik.
Lagu Sandaran Hati yang diciptakan sejak 17 tahun yang lalu, namun sampai sekarang tidak lekang oleh waktu.
Pada lagu Sandaran Hati ada makna yang luar biasa dalam, seperti halnya lagu Sebelum Cahaya, yakni betapa tidak berdayanya manusia di hadapan Sang Pencipta.
Baca Juga: Timnas U-20 Indonesia Jumpa Vietnam di Kualifikasi Piala Asia 2023, Kali Ini Garuda Muda Diuntungkan
Lagu yang rilis pada tahun 2005 ini secara mainstream diartikan sebagai seseorang yang tidak bisa hidup tanpa pacarnya.
Oleh karena pacarnya merupakan sumber kekuatan dan tempat untuk menyandarkan segala kesedihan dan kegundahan.
Namun secara makna sufistik dari lagu ini bahwa lagu ini adalah ekspresi kerinduan, kepasrahan, dan penyerahan diri seorang hamba kepada Tuhannya.
Baca Juga: Sebelum Cahaya, Salahsatu Lagu Letto yang Berdimensi Sufistik, Ini Ulasannya
Ekspresi kerinduan kepada Tuhan bisa disimak pada lirik berikut ini:
Yakinlah ku berdiri, diamlah tanpa tepi
Bolehkah aku mendengarmu
Terkubur dalam emosi, tanpa bisa bersembunyi
Aku dan nafasku merindukanmu
Baca Juga: Kopi Punya Pesaing, Namanya Caffe D Orzo, Booming di Eropa, Akankah 'Serbu' Pasar Indonesia?
Bersamaan dengan rindu yang menggebu itu, tumbuh keyakinan, Tuhan pasti akan membalas kerinduan kita. Yaitu dengan akan selalu ada buat kita. Terdapat pada lirik berikut:
Terpuruk ku di sini, teraniaya sepi
Dan ku tahu pasti, kau menemani
Adapun wujud kepasrahan dan penyerahan diri kepada Tuhan, yakni berupa pengabdian untuk selalu berada di jalan-Nya, serta sumpah untuk hanya menjadikan Dia sebagai satu-satunya tujuan, terdapat pada lirik berikut ini:
Inikah yang kau mau, benarkah ini jalanmu
Hanyalah engkau yang ku tuju
Baca Juga: Info Lowongan Kerja Mei 2022 di PT Reska Multi Usaha, Cek Formasi dan Persyaratannya!
Disambung dengan pengakuan ketidakberdayaan kita tanpa “genggaman tangan-Nya” (pertolongan-Nya) yang termaktub pada lirik:
Pegang erat tanganku, bimbing langkah kakiku
Aku hilang arah tanpa hadirmu
Dalam hidupku, kesendirianku
Dan keseluruhan dari ekspresi-ekspresi tersebut kemudian dielaborasi dalam satu bait—yang intinya adalah, setelah pasrah dan berserah, maka segala sedih dan gundah yang kita rasakan sudah tidak ada artinya lagi. Hanya tinggal kebahagiaan sejati yang dijanjikan (dan ditepati) oleh Tuhan—berikut:
Baca Juga: PT Jawa Satu Power Buka Lowongan Kerja untuk Penempatan Karawang, Pendaftaran hingga 31 Mei 2022
Teringat ku teringat, pada janjimu ku terikat
Hanya sekejap ku berdiri ku lakukan sepenuh hati
Peduli ku peduli, siang dan malam yang berganti
Sedihku ini tak ada arti jika kaulah sandaran hati
(Kaulah sandaran hati)
Sabrang Mowo Damar Panuluh sebagai vokalis Letto pernah menyinggung bagian “Hanya sekejap kuberdiri kulakukan sepenuh hati” dan “Peduli ku peduli siang dan malam yang berganti” bisa juga dimaknai, salat wajib lima waktu sehari-semalam sebagai aplikasi kepasrahan dan penyerahan diri kepada Tuhan.
Sabrang, selain sebagi pelaku seni, ia kerap tampil di berbagai acara "Maiyah", forum membahas berbagai macam problema social bersama dengan ayahandanya yaitu Emha Ainun Najib atau Cak Nun.
Tak ayal, kata-katanya selalu menggugah hati dan fikiran kaum milenial untuk berlaku baik di zaman sekarang ini. ***