Ilmuan di China Ungkap Pembunuh Virus Covid-19 Bisa Dilakukan dengan ASI

- 28 September 2020, 16:52 WIB
Ilustrasi ASI.
Ilustrasi ASI. //Pexels

PR INDRAMAYU - Sebuah studi baru yang dikeluarkan oleh para ilmuwan di China, bahwa manfaat dari air susu ibu (ASI) dapat mencegah atau mengobati Covid-19. Tim peneliti di Beijing menguji efek ASI pada sel yang terpapar virus SARS-CoV-2.

Susu dikumpulkan pada tahun 2017, jauh sebelum dimulainya pandemi dan jenis sel yang diuji bervariasi dari sel ginjal hewan hingga sel paru-paru dan usus manusia muda.

Dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari laman SCMP, hasil penelitian menunjukkan sebagian besar virus yang hidup dibunuh oleh susu.

Baca Juga: Arab Saudi Cemas, Yaman Diam-diam Siapkan Rudal Zulfikar Untuk Serang Balik

"ASI memblokir lampiran virus, masuk dan bahkan replika virus setelah masuk dari Universitas Teknologi Kimia Beijing menulis dalam dua makalah non-peer-review yang diposting di biorxiv.org pada Jumat 25 September 2020.

Sebelumnya, menyusui dianggap meningkatkan risiko penularan virus corona. Di Wuhan, China tempat virus pertama kali terdeteksi, bayi baru lahir dipisahkan dari ibu yang dinyatakan positif Covid-19.

Berdasarkan laporan media China, Bayi-bayi itu kemudian diberi susu formula eksklusif untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Baca Juga: Warga Kalinusu Brebes yang Terbantu Akte Gratis Program Non Fisik TMMD Reguler

Pusat Pengendalian Penyakit AS juga memperingatkan bahwa bayi yang disusui oleh ibu yang dicurigai atau dipastikan membawa Covid-19 juga harus dilihat sebagai pembawa 'Suspect'.

Namun, studi terbaru China mendukung sikap resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa ibu harus terus menyusui bahkan jika mereka mengidap Covid-19.

Badan kesehatan global melacak 46 pasien Covid-19 menyusui anak-anak mereka di beberapa negara hingga Juni 2020 lalu.

Baca Juga: Jual Beli Burung Tiong Mas, Dua Orang Ditangkap Polres Majalengka

Gen virus terdeteksi dalam ASI dari tiga ibu tetapi tidak ada bukti infeksi. Hanya satu anak yang dinyatakan positif dan penularan melalui cara lain tidak dapat dikesampingkan.

Tong dan koleganya mencampurkan beberapa sel sehat ke dalam ASI manusia, kemudian mencuci ASI dan mengekspos sel tersebut ke virus.

Mereka mengamati hampir tidak ada pengikatan atau masuknya virus ke sel-sel ini.

Baca Juga: Kemendikbud Berikan Kesempatan Beasiswa Unggulan 2020, Ditutup Tanggal 3 Oktober

Para peneliti juga temukan pengobatan juga menghentikan replikasi virus dalam sel yang sudah terinfeksi.

Mereka menyimpulkan bahwa infeksi dapat dihambat oleh ASI, yang telah diketahui memiliki efek penekan pada bakteri dan virus seperti HIV.

Peneliti mencurigai virus corona sensitif terhadap beberapa protein antivirus terkenal dalam susu, seperti laktoferin.

Baca Juga: Rupiah Menjadi Momok Menakutkan, Dolar AS & Global Juga Ikut Bergelimpangan!

Namun, tidak menemukan satu pun protein yang bekerja seperti yang diharapkan.

Sebaliknya, mereka mengatakan bahan yang paling disukai untuk menghambat virus adalah whey (protein susu), yang mengandung beberapa protein berbeda.

Air dadih sapi dan kambing, mampu menekan strain virus hidup sekitar 70 persen, menurut penelitian Tong.

Baca Juga: Apakah Kopi Membahayakan untuk Kesehatan? Begini Penjelasan Konsultan Ahli Gizi

Sebagai perbandingan, khasiat whey manusia mencapai hampir 100 persen.

ASI mampu menghilangkan virus dalam berbagai jenis sel yang lebih luas, namun para peneliti mengatakan tidak jelas apa yang menyebabkan perbedaan tersebut.

Tong dan koleganya mengatakan mereka belum menemukan tanda-tanda bahaya yang disebabkan oleh ASI, yang 'mendorong proliferasi sel' saat membunuh virus.

Baca Juga: Orang Tua Wajib Tahu, Berikut Tahap Membentuk Anak Supaya Miliki Kecerdasan Emosional Tinggi

Beberapa orang tua diketahui menggunakan ASI sumbangan untuk memberi makan bayi mereka, yang sering kali dipasteurisasi untuk menghilangkan potensi kontaminasi.

Namun, tim China menemukan bahwa memanaskan susu hingga 90 derajat selama 10 menit menonaktifkan whey, menyebabkan tingkat perlindungan terhadap virus corona akan turun hingga di bawah 20 persen.

"Penting untuk mengidentifikasi faktor kunci untuk pengembangan obat antivirus lebih lanjut," ujar tim penelitian.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: SCMP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x