Presiden Lebanon Curiga Penyebab Ledakan Dahsyat di Beirut Berasal dari Bom atau Rudal

- 8 Agustus 2020, 15:40 WIB
Seorang pria mengenakan masker berdiri di seberang jalan yang rusak di pelabuhan Beirut 5 Agustus 2020, satu hari setelah dua ledakan kuat mengguncang ibu kota Lebanon, Beirut.
Seorang pria mengenakan masker berdiri di seberang jalan yang rusak di pelabuhan Beirut 5 Agustus 2020, satu hari setelah dua ledakan kuat mengguncang ibu kota Lebanon, Beirut. /STR/AFP

PR INDRAMAYU - Ledakan dahsyat Beirut Lebanon masih menyisakan misteri. Pihak berwenang masih melakukan penyelidikan terkait apa sebenarnya yang bisa membuat ledakan itu bisa terjadi. 

Pemerintah pun masih dihinggapi tanda tanda seraya disibukkan dengan penanganan pasca ledakan besar tersebut. 

Sementara di media, konspirasi mengenai penyebab ledakan yang mirip dengan peristiwa pengeboman Hiroshima dan Nagasaki itu terus mencuat. 

Baca Juga: Bongkar-bongkar Masa Lalu, Ariel Noah Ternyata Pernah Ditolak BCL, Kok Bisa? Begini Ceritanya!

Presiden Lebanon Michel Aoun mulai menduga-duga penyebab lain. 

Dalam keterangannya, ia mengatakan bahwa ledakan terbesar dalam sejarah Beirut itu bisa saja disebabkan oleh bom, rudal atau gangguan eksternal lainnya.

"Penyebabnya belum ditentukan. Ada kemungkinan gangguan eksternal melalui rudal atau bom atau tindakan lain," kata Presiden Aoun kepada media setempat yang dilansir The Jerusalem Post seperti diberitakan Galamedia dengan judul 'Ledakan di Beirut Dicurigai Berasal dari Bom atau Rudal'. 

Baca Juga: Evi Masamba Kepikiran Maju Jadi Bupati Luwu Utara, Ivan Gunawan: Jadi Penyanyi Aja Sayang, Bergoyang

Meski begitu, Aoun tidak memungkiri bahwa insiden mengerikan yang menewaskan 154 orang ini kemungkinan juga karena faktor kelalaian. Seperti diketahui, ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut ini menghancurkan sebagian besar wilayah Ibu Kota Lebanon itu.

Lebih dari 5.000 orang lainnya terluka dan ratusan orang meninggal dunia. Tim penyelamat hingga hari ini, Sabtu, 8 Agustus 2020 masih membongkar puing-puing untuk menemukan siapa pun yang masih hidup setelah ledakan terjadi.

Lebih lanjut Aoun sebelumnya mengatakan, bahan peledak yang disimpan dengan tidak aman selama bertahun-tahun di pelabuhan juga menjadi objek penyelidikan terkait kemungkinan sebagai penyebabnya.

Baca Juga: ARMY Siap-siap Menjerit Bahagia, Break the Silence: The Movie BTS Bakal Dirilis Bulan Depan

Bahan peledak itu, seperti diungkapkan otoritas keamanan Lebanon adalah 2.750 ton amonium nitrat. Penyelidikan juga akan mempertimbangkan apakah ledakan itu terjadi karena kelalaian atau kecelakaan.

Berdasarkan informasi, sejauh ini sudah ada 20 orang yang ditahan karena peristiwa itu. Seorang sumber mengatakan penyelidikan awal menyalahkan kelalaian sebagai faktor tragedi ledakan di Beirut.

Dikutip dari wartaekonomi.co.id, Amerika Serikat mengatakan tidak mengesampingkan bahwa tragedi di Beirut akibat serangan. Sedangkan Israel, yang telah berperang beberapa kali dengan Lebanon, telah membantah peran apa pun.

Baca Juga: Saingi TikTok, Instagram Luncurkan Fitur Baru Berbagi Video Musik Singkat Reels

Bahkan Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan penyebab tragedi itu tidak jelas. Namun ia membandingkan ledakan itu dengan pemboman tahun 2005 yang menewaskan mantan Perdana Menteri Rafik al-Hariri.

Sementara itu, Pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon, Sayyid Hassan Nasrallah, membantah laporan bahwa kelompoknya memiliki senjata yang disimpan di pelabuhan.

Dia menyerukan penyelidikan yang adil dan akuntabilitas yang ketat untuk siapa pun yang bertanggung jawab tanpa perlindungan politik.

"Kalaupun ada pesawat menghantam, atau memang disengaja, ternyata (amonium) nitrat ini sudah bertahun-tahun ada di pelabuhan dengan cara seperti ini, artinya sebagian kasus itu mutlak kelalaian dan korupsi," tegasnya.*** (Lucky M. Lukman/Galamedia) 

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: Galamedia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x