Baca Juga: Polemik Ramalan Pesawat Jatuh hingga Presiden Jokowi Lengser di 2021, Deddy Corbuzier: Saya Kecewa
Hal tersebut tidak dikurangi oleh dampak berkurangnya gas emisi bahan bakar fossil selama masa pandemi Covid-19.
"Konsentrasi karbon dioksida yang berada di atmosfer sudah masuk ke dalam tahap berbahaya," kata WTO dalam keterangannya.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengatakan laju perubahan iklim yang tak henti-hentinya bisa 'menghancurkan kehidupan', dan mengklaim bahwa 2011 hingga 2020 adalah dekade terhangat dalam sejarah.
Baca Juga: Bakal Dilaporkan Balik dr. Richard Lee, Kartika Putri Tulis Kalimat Bijak
"Kita sedang menuju 'bencana' kenaikan suhu 3-5 (derajat celsius) abad ini. Berdamai dengan alam adalah tugas penting di abad ke-21. Itu harus jadi prioritas utama," kata Guterres.
Laporan WMO mencakup data dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) dan Kantor Meteorologi Inggris.
Keduanya menempatkan 2020 sebagai tahun terpanas. Bahkan badai La Nina yang terjadi beberapa waktu lalu pun gagal menjinakkan suhu secara global.
Baca Juga: BUMN PT Wijaya Karya Membuka Lowongan Pekerjaan Januari 2021 untu D3, D4 dan S1, Ini Syaratnya
Pada saat itu, rekor suhu terpanas mencapai angka 53,9 persen di Basra, Irak.