Akademisi Unpad Sebut Perang Rusia-Ukraina Murni Konflik Elit Politik, Warga Kedua Negara Baik-baik Saja

27 Februari 2022, 22:37 WIB
Ilustrasi perang Rusia dan Ukraina. /Reuters/Baz Ratner/

INDRAMAYUHITS - Perang terjadi di kawasan Eropa Timur, tepatnya antara Rusia dan Ukraina, negara bertetangga.

Sejumlah pihak menyanyangkan pecahnya perang fisik antara Rusia dan Ukraina, sebab keduanya secara histori memiliki kedekatan.

Menurut Dosen Program Studi Sastra Rusia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad), Supian MA PhD, serangan militer Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari lalu bisa dibilang merupakan konflik antar saudara kandung. Karena memang keduanya berasal satu rumpun budaya yang sama, yaitu Slavia Timur.

Baca Juga: Satgas PED dan Akademisi ITB Bertemu Bahas Solusi Kelangkaan Minyak Goreng

“Ini sangat disayangkan terjadi konflik kakak-adik. Hal ini bisa diredamkan dengan budayanya sendiri,” ujar Supian dilansir Indramayu Hits dari laman resmi Unpad 27 Februari 2022.

Supian mengaku pernah tinggal selama 7 tahun di Kota Moskow dan Voronezh, perbatasan Rusia-Ukraina menuturkan.

Rusia dan Ukraina, kata dia, layaknya seperti Indonesia dan Malaysia. Karena itu, secara karakter masyarakat dan bahasa, Rusia-Ukraina tidak jauh berbeda.

Baca Juga: Presiden Ukraina Pertimbangkan Tawaran Turki untuk Renegosiasi dengan Rusia

Dari pengalamannya ia menemukan banyak warga negara Ukraina yang sehari-hari sekolah ataupun bekerja di Rusia.

Dua di antaranya berasal dari Provinsi Donestk dan Luhansk, wilayah di Ukraina yang akhirnya diakui kedaulatannya oleh Rusia. Setiap akhir pekan, mereka mudik ke Ukraina.

"Secara kekerabatan masyarakat, sebenarnya tidak ada masalah. Sampai sekarang pun masyarakat Rusia dan Ukraina biasa saja,” tuturnya.

Baca Juga: Militer Rusia Targetkan Kuasai Kyiv Sebelum AS dan Uni Eropa Datang, Militer Ukraina Hambat Pergerakan

Kendati serumpun, budaya ternyata menjadi akar pemicu perang Rusia-Ukraina. Supian menjelaskan, larangan penggunaan bahasa Rusia di sekolah Donestk dan Luhansk menjadi salahsatu pemicu lahirnya konflik tersebut.

Padahal, bahasa Rusia menjadi bahasa sehari-hari yang digunakan di dua provinsi tersebut. Faktor ekonomi juga memperburuk masalah tersebut.

Sebagai negara bekas pecahan Uni Soviet, tingkat ekonomi Ukraina ternyata tidak semaju Rusia yang notabene memegang saham terbesar dari aset Uni Soviet.

Karena itu, Ukraina membuka peluang investasi yang besar dari luar agar bisa mengatasi ketertinggalan di bidang ekonomi.

“Sedikit demi sedikit kemudian semua ingin seperti Amerika, kemudian masuk juga invasi Eropa Barat ke Ukraina,” kata Supian.

Alumnus Pushkin State RL Institute Rusia ini mengatakan, secara budaya, rumpun Slavia Timur sulit berbaur dengan rumpun Indo-Jerman Barat.

Ada banyak perbedaan yang tampak dari budaya Slavia dengan budaya negara-negara Barat. Hal ini kemudian menuai kritik keras dari Rusia.

“Jadi konflik ini murni lebih ke politik. Akar masyarakat Rusia dan Ukraina itu sangat kuat, dan mereka sama-sama menganut Ortodoks,” tambahnya. ***

Editor: Kalil Sadewo

Sumber: Unpad

Tags

Terkini

Terpopuler