Eks Pejabat Afghanistan dan Para Pengungsi Menyesal Berada di Turki, untuk Dapat Makanan Saja Susah

23 Desember 2021, 02:24 WIB
Ilustrasi pengungsi perempuan Afghanistan. /Antaranews

INDRAMAYUHITS – Pasca pengambilalihan kekuasaan pemerintahan di Afghanistan oleh pasukan Taliban, Turki adalah negara tujuan imigran dari negara tersebut.

Di antara para imigran tersebut adalah para eks pejabat Afghanistan. Bahkan tercatat, ada puluhan wanita mantan pejabat pemerintah Afghanistan yang mencari perlindungan di Turki.

Namun, kondisi di Turki ternyata tidak sesuai harapan. Terutama eks pejabat tersebut, mengaku menyesali perlakuan pemerintah Turki terhadap mereka.

Baca Juga: Sempat Jadi Bek Termahal, Kini Mendy Hancur karena Kasus Pemerkosaan, Berikut Perjalanan Karirnya

Dilansir Indramayu Hits dari Arab News 22 Desember 2021, para perempuan eks pejabat Afghanistan tersebut mengaku terputus dari rekening bank mereka yang telah dibekukan oleh Taliban.

Puluhan wanita mengatakan, mereka berjuang untuk mengakses makanan bergizi, dukungan medis, dan pendidikan untuk anak-anak mereka.

Seorang mantan menteri senior, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan kepada The Independent bahwa mereka tidak mendapatkan arahan apapun.

Baca Juga: Korban Pemerkosaan Bek Manchester City Bertambah, Daftar Dakwaannya Makin Panjang

“Kami tidak pernah menyangka negara ini akan runtuh pada bulan Agustus secara tiba-tiba. Saat ini kami tidak memiliki peluang apapun,” ujar salahsatu eks pejabat yang minta namanya dirahasiakan.

Politisi berusia 56 tahun itu telah berada di Turki selama empat bulan, tetapi tidak dapat mengakses dukungan keuangan, meninggalkan keluarganya, termasuk seorang putri cacat parah yang hanya bisa duduk di rumah.

Berbicara atas nama 35 politisi perempuan Afghanistan, termasuk menteri dan wakil menteri, dia menyampaikan bahwa mereka tidak mendapat dukungan dari pemerintah Turki.

Baca Juga: Ada Ledakan di PLTN Iran, Apakah Ulah Isael?

Tidak ada dukungan kesejahteraan bagi para imigran. Tidak ada dukungan medis, tidak ada pendidikan, tidak ada dukungan keuangan.

“Saya memiliki tiga anak perempuan. Mereka tidak bisa sekolah karena biaya pendidikannya terlalu tinggi,” sambungnya.

Apa yang ia dan perempuan lainnya alami benar-benar menantang. Ia tidak pernah menangis selama tiga atau empat tahun, sekarang menangis setiap hari, karena tidak memiliki masa depan.

Baca Juga: Respons Ancaman, Komandan Militer Iran Bersumpah Habisi Israel bila Berani Menyerang

Mantan menteri itu mengatakan, ketidakpastian situasi mereka diperburuk oleh kurangnya kejelasan atas hak mereka untuk tetap berada di Turki.

Dia menambahkan, bersama mantan rekannya hanya diberikan visa enam bulan sementara, dan mereka tidak yakin apakah akan dapat memperbaruinya.

Politisi anonim itu mengatakan, mereka merasa ditinggalkan oleh Barat, setelah beberapa permohonan suaka diabaikan.

Baca Juga: KH Achmad Chalwani Ingatkan Pentingnya Puji-pujian Sebelum Shalat Berjamaah, Ini Rujukan Ayatnya

Meskipun mengunjungi Inggris dua kali selama masa jabatannya di pemerintahan Afghanistan, dia mengatakan, permohonan suakanya ke negara itu tidak dijawab tiga kali.

Hal yang sama terjadi untuk aplikasi kewarganegaraan ke Jerman, Prancis, Italia, Kanada, dan negara lain. “Kami sekarang makan makanan pokok yang murah,” katanya.

Ia memiliki rumah besar di Afghanistan. Semua kemewahan. Tapi datang ke Turki tanpa apa-apa.

Baca Juga: Chord Gitar Dan Lirik Lagu Ibu Dari Iwan Fals

Taliban membekukan rekening bank. Pihaknya berada di garis depan, membela hak asasi manusia dan hak perempuan di Afghanistan, dan sekarang komunitas internasional mengabaikannya.

Direktur asosiasi divisi hak-hak perempuan di Human Rights Watch, Heather Barr menyampaikan kesulitan yang dihadapi oleh politisi dan juru kampanye perempuan yang telah melarikan diri dari Afghanistan.

Dikatakan, jumlah orang yang merasa tidak punya pilihan selain melarikan diri dari Afghanistan jauh lebih besar daripada yang bersedia dimukimkan oleh negara mana pun.

Baca Juga: Anda Risau dan Galau? Baca Do'a ini

Situasi mereka sangat genting, karena tidak memiliki kemampuan untuk bermukim kembali (di Turki) secara permanen.

Tidak ada kemampuan untuk memperbarui visa mereka. Tidak ada kemampuan untuk bekerja dan mencari nafkah dan menyekolahkan anak-anak mereka. ***

Editor: Kalil Sadewo

Sumber: Arab News

Tags

Terkini

Terpopuler