Bagaimana dengan manusia sempurna yang memiliki akhlak yang sempurna, yakni Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang sangat mulia? Sampai Allah mengutus beliau untuk menyempurnakan Akhlak dan sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam,
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur.” (HR. Ahmad dan Bukhari)
Salah satu kunci untuk memiliki akhlak yang mulia, dapat kita raih dengan hati yang ikhlas, hanya berharap pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Orang yang selalu mengingat Allah, orientasi kehidupannya hanya Allah, maka dia akan menjalani kehidupan yang terbaik, sebagaimana ia menginginkan kematian yang baik. Karena kematian yang baik, akan kita raih jika kita selalu berpikiran, berhati, berkata, beramal dan berakhlak yang baik. Karena seseorang, akan dimatikan sesuai dengan kebiasaannya.
Kisah menarik dari Muhammad Ali dan Korek Apinya, setiap kali ia berpikir untuk berbuat maksiat, maka ia menyalakan koreknya dan diarahkan ke telapak tangan. Semakin panas, ia semakin sadar, bahwa maksiat yang dilakukan di dunia saja, apinya begitu panas. Bagaimana dengan siksaan Allah yang sesungguhnya di neraka yang kekal? Naudzubillaah.
Baca Juga: Ingin Lebih Fokus ke Diri Sendiri dan Pekerjaan, Prilly Latuconsina Istirahat dari Media Sosial
Pertanyaannya, apakah kita memiliki rem yang sama dengan beliau? Mencoba membuat daftar bagian-bagian anggota tubuh yang sangat berpotensi untuk tidak berakhlak mulia? Seperti halnya menggigit sedikit lidah ketika akan berbicara yang tidak bermanfaat, bahkan menyakiti orang lain. Lidah yang sangat berpotensi untuk tidak berakhlak mulia ini, bahkan banyak membuat orang tergelincir masuk neraka, gara-gara lisan yang terus berdosa, walaupun amalan ibadah yang wajib dan sunnah, sudah sangat rajin dilakukan! Astaghfirullaah.
Kita mengaku mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan menginginkan berjumpa dengan beliau. Tapi untuk mengikuti apa yang beliau contohkan, mengapa kita belum bersungguh-sungguh untuk meraih itu? Kenapa kita masih mendahulukan hawa nafsu, ego, dengan memilih-milih berakhlak mulia pada orang yang baik pada kita saja? Padahal, Rasulullah tidak pilih-pilih. Walaupun beliau didzalimi, disakiti, tetapi beliau tidak meminta Allah menurunkan adzab pada mereka. Bahkan, Rasulullah tetap berhusnudzan pada Allah dan tetap mendo’akan mereka, sampai keturunan mereka, agar suatu hari, Allah izinkan mereka untuk beriman pada Allah, mentauhidkan Allah. Masya Allah.