Wajarkah Anak Usia 5 Tahun Lebih Masih Mengompol di Malam Hari? Berikut Jawabannya

20 Desember 2020, 11:11 WIB
ilustrasi anak 5 tahun yang mengompol saat tidur /

PR INDRAMAYU - Mampu mengontrol berkemih baik saat sadar maupun tidur merupakan salah satu bagian dari proses tumbuh kembang anak.

Umumnya, kontrol berkemih ini dicapai oleh anak saat berusia lima tahun.

Jika sang anak berusia lebih dari lima tahun dia belum mampu mengontrol berkemih secara mandiri pada saat tidur di malam hari, maka orang tua harus mewaspadai anak mengalami enuresis.

Baca Juga: Kecewa ke Ayah Tirinya, Putri Delina: Kerja Lah Om, Karena Buat Apalah Koar-koar di Media

"Proses berkemih saat anak bangun dan tidur itu bagian terakhir proses tumbuh kembang. Perlu waktu hingga usia 4 tahun baru anak bisa mulai mengontrol berkemihnya saat bangun dan saat tidur.

"Enuresis (terjadi) kalau anak usia lebih dari lima tahun pada malam hari mengompol saat tidur," ujar Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM, Irfan Wahyudi dalam konferensi pers virtual, Jumat 17 Desember 2020

Anak yang usianya 1-2 tahun, umumnya baru merasakan kandung kemih penuh. Hal ini diikuti dengan kemampuan berkemih secara sadar.

Baca Juga: Update Covid-19 Indramayu: Bertambah 39 Orang, Total Terkonfirmasi Kini Tembus 1.634 Kasus

Saat anak usianya 3 tahun, dia telah memiliki kemampuan untuk menahan kencing dan di atas usia empat tahun, dia tidak mengompol pada malam hari.

"Ajari anak dengan toilet training usia 2 tahun, lalu penggunaan popok sampai anak besar itu bisa menyebabkan anak malas ke toilet," ujar Irfan.

Sedangkan jika anak tidak mampu mengontrol berkemih saat terbangun di malam hari, maka disebut nokturia, pada orang dewasa diartikan bahwa terbangun untuk berkemih, kemudian diikuti dengan keinginan untuk tidur kembali.

Baca Juga: Update Covid-19 Indramayu: Bertambah 39 Orang, Total Terkonfirmasi Kini Tembus 1.634 Kasus

Enuresis ini, dapat diikuti dengan gejala berkemih lainnya. Seperti buang air kecil yang terputus-putus atau nyeri saat berkemih. Bahkan tidak ada gejala lainnya yang disebut dengan monosimtomatik enuresis (MNE).

Kecurigaan enuresis pada anak, menurut Irfan, bisa diperkuat pula jika tidak adanya kelainan saraf atau anatomi. Sehingga mengompol akan terus terjadi atau kambuh kembali setelah enam bulan.

Kondisi ini disebabkan oleh produksi urin di malam hari, yang seharusnya bisa dikurangi dengan aktivitas hormon arginin vasopresin. Akan tetapi, malah tak terjadi, sehingga produksi urin tetap tinggi. Sedangkan kapasitas kandung kemih yang relatif kecil.

Baca Juga: Tanda-tanda Orang Suka Sama Kita, Salah Satunya Sering Mengajukan Pertanyaan

Pada 2/3 anak enuresis, kadar hormon bertugas untuk menyerap kembali air di ginjal. Maka produksi urin menurun ini akan rendah pada malam hari.

"(Penyebab lainnya) bisa juga karena (kandung kemih) sensitif dan faktor lain seperti ketidakmampuan anak bangun di malam hari saat kandung kemih penuh," tutur Irfan.

Di sisi lain, riwayat keluarga dengan masalah yang serupa seperti konstipasi, infeksi saluran kemih, kapasitas kandung kemih yang kecil.

Baca Juga: 5 Tanda Pasangan Selingkuh, Salah Satunya Angkat Telepon Sembunyi-sembunyi

Ansietas, gangguan tidur, ganggu psikologi dan diabetes juga bisa menjadi penyebab lain dan faktor risiko.

Kejadian enuresis di Indonesia, berdasarkan data Perkumpulan Kontinensia Indonesia (PERKINA) tahun 2008 menunjukkan 2,3 persen dengan perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan 2:1.

Dilansir PikiranRakyat-Indramayu.com melalui Antara, lantas apa dampak enuresis yang terjadi pada anak?

Baca Juga: Cek Fakta: Cristiano Ronaldo Dikabarkan Masuk Islam dan Ucapkan Assalamualaikum, Simak Faktanya

Menurut Irfan, akan dapat menurunkan rasa percaya dirinya, menarik diri dari lingkungan karena minder masih mengompol.

Selain itu, mengalami gangguan tidur karena merasa tak nyaman dengan ompolnya. Sehingga berpotensi anak mengalami gangguan terhadap kesehatannya.

"Enuresis yang terjadi pada anak kurang dari 5 tahun masih dalam keadaan normal. Jika usia telah lebih dari 5 tahun segera berobat ke dokter," sekian ucap Irfan.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler