“Berbagai bentuk soft power bisa berupa pameran kebudayaan, pemberian beasiswa atau penyebaran budaya populer, salah satunya lewat serial drama,” ujar Jessica Martha dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari The Conversation.
Soft power pada drama Mr. Queen terletak pada 3 hal yakni kebijakan luar negeri, nilai-nilai politik, dan budaya.
Baca Juga: Tak Selamanya Berdampak Buruk, Ini 4 Manfaat dari Toxic Friendships
Komponen budaya yang ditampilkan drama Mr. Queen terletak pada sisi pakaian, makanan, seni, dan bahasa.
“Setiap menyaksikan drama Korea, penonton pasti sering mendengar ungkapan Aigo!, Omo!, Kajja!, Palli!, Annyeong haseyo, dan Saranghae,” ujar Jessica Martha.
Ada kosakata lain yang bisa didapatkan dari drama Mr. Queen yakni Daebimama (panggilan untuk Ratu), Jeonha (panggilan untuk Raja), dan sebagainya.
Terkait makanan, yang muncul dalam drama Mr. Queen adalah hoeori gamja atau kentang ulir yang menjadi jajanan populer di Korea Selatan saat ini, dan samyang ramyeon atau mi dengan citra rasa pedas.
Baca Juga: Tayang di SCTV, Simak Prediksi Chelsea Vs Atletico, Taktik, Prakiraan Pemain di Liga Champions
Drama Mr. Queen ditengarai merupakan wujud keberhasilan Korea Selatan dalam menggunakan soft power tersebut.
“Pendapat itu (yang diambil dari penelitian Bruno Lovric City University of Hong Kong) pun didukung dengan adanya video dan artikel yang membahas drama Mr. Queen yang membuat banyak orang tertarik untuk mendalami sejarah Korea,” tutur Jessica Martha.