INDRAMAYUHITS - Bagi masyarakat pantura, terutama penggemar musik tarling yang hidup di era 1990 hingga awal tahun 2000-an, tentu nama tokoh ini tidak akan asing.
Ya, dia adalah Yoyo Suwaryo atau banyak orang mengenalnya dengan nama Yoyo S, seniman tarling asli Indramayu yang menciptakan sekaligus menyanyikan banyak judul lagu yang hits semasa hidupnya.
Pengamat Budaya Indramayu, Meneer Pangky di laman portal yang ia kelola menuliskan catatan tentang penyanyi berambut keriting itu.
Dalam tulisan tersebut Pangky mengungkapkan, pada masanya, seniman tarling kelahiran 1955 itu begitu kesohor di jagat panggung tarling dangdut.
Bahkan sampai sekarang sebagian karyanya telah di-recycle oleh seniman-seniwati sesudah era Yoyo Suwaryo..
Dikatakan, Yoyo kecil sangat mencintai dunia seni, bakatnya sudah menonjol. Sekelumit kisah hidupnya yang glamour dan kontroversial menjadi catatan tersendiri. Sehingga data yang dikumpulkan begitu susah diurai benangnya.
Baca Juga: Chord Gitar dan Lirik Lagu Cinta Hanya Sekali Nazia Marwiana
Ia terjun dalam dunia seni saat bergabung dengan Tarling Cahaya Muda yang di gawangi oleh Mimi Haji Dariyah.
Mimi Dariyah merupakan pasangan duet Yoyo remaja. Bahkan, Dariya adalah guru yang lebih dulu terjun pada tatar tetarlingan.
Dengan sabar Yoyo remaja menimba banyak ilmu darinya. Segala arahan dan pitutur Dariyah dijalankan dengan penuh sabar.
Baca Juga: Chord Gitar dan Lirik Lagu Cinta Hanya Sekali Nazia Marwiana
Semua kerja keras dan kemauannya akhirnya terbayar dan membuahkan hasil, saat album duetnya meledak di pasaran.
Lagu berjudul "Enakan" dan "Cemburu" mungkin tidak begitu asing ditelinga, terutama penikmat musik pada masanya. Kedua lagu itulah yang melambungkan namanya.
Insting musik yang begitu menyatu dalam diri Yoyo Suwaryo, ditambah suara merdu khas pesisir pantura, membuat banyak orang, terutama kalangan perempuan tersihir.
Baca Juga: Pesawat Sky Ranger 912 FASI Jatuh di Perkemahan Cibubur, Sudah 3 Kali dalam Setahun
"Tiada yang tak menyanjung akan kemerduan suara Yoyo. Ibarat jawara, ia adalah pendekar pilih tanding, umpama emas ia emas 24 karat," tulis Pangky.
Diktakan, Yoyo bukan pemusik yang jago memainkan alat musik seperti Jayana, seniman Tarling Klasik dari Karangampel yang piawai memetik instrumen gitar.
Berkat kejelian dan ketajaman insting musiknya dalam mengolah dan meramu bagaimana membuat sebuah musik yang diterima masyarakat dan pendengarnya.
Secara sosiologis dia sangat memahami betul karakteristik penikmat musiknya. Terutama, Indramayu yang waktu itu dikenal sebagai daerah X, dengan segala persoalan sosialnya mulai dari ketimpangan pembangunan, pengangguran, kemiskinan, dan masalah sosial lainnya.
Bila dicermati, semua lagunya menggambarkan dengan jelas bagaimana sosiologis masyarakat indramayu waktu itu.
Lagu seperti Dongbret, yang menggambarkan sebuah fenomena sosial waktu itu, di mana seni ngedongbret sedang melanda masyarakat.
"Penari perempuan yang disawer, dalam waktu beberapa menit, bisa diajak si penyawer ke tempat yang agak gelap, kemudian dicium-cium dengan imbalan beberapa rupiah saja," ujar dia menggambarkan masa lalu.
Biasanya pertunjukan dilakukan di daerah tertentu. Sebuah fenomena sosial yang ia cerminkan dalam sebuah lagu tentang eksploitasi perempuan.
Selain itu, dalam lagu-lagu Yoyo yang paling menonjol adalah masalah pacaran dan hubungan dalam rumah tangga.
Bagi pendengarnya, syair dalam lagu Yoyo puitis dan mengena, karena memang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Berpisah dengan sang guru Mimih Dariya, Yoyo mendirikan Tarling Dharma Muda. Awal dari kejayaannya, lambat-laun semakin bersinar karier ketarlingannya.
Dengan mengandalkan suara dan produktivitas karya musiknya, ia membangun sebuah grup tarling yang merajai jagat tarling.
Baca Juga: Chord Gitar dan Lirik Lagu Terdiam Sepi Nazia Marwiana
Sebagai dirigen ia begitu piawai mengelola kekompakan sebuah grup tarling dengan karya-karyanya yang selalu hits.
Menurut salah satu mantan punggawanya, dalam setahun group Tarling Dharma Muda bisa mencapai rekor 200-an panggungan.
Semua biduan tarling yang diajak duet olehnya pasti jadi diva tarling. Sebut saja misalnya Wati, Itih S, Tia Permatasari, Sri Avista, dan lainnya. Mereka menjadi penyayi tarling papan atas.
Menurutnya, sampai sekarang belum ada seniman tarling yang sekaliber dia, dari suara hingga produktivitasnya dalam berkarya yang diterima masyarakat.
"Yoyo Suwaryo layak diangkat menjadi Raja tarling," kata dia mengapresiasi karya dan kiprah sang maestro musik pantura.
Namun, pada tahun 2002-an, dunia tarling ditinggal rajanya untuk selama-lamanya. Yoyo Suwaryo meninggal di usia yang belum genap 50 tahun. ***